Perjalanan Terra Luna, Koin Kripto Nyaris Ambrol 100 %

Intan Nirmala Sari
17 Mei 2022, 17:06
LUNA, terra luna, kripto, mata uang kripto
ANTARA FOTO/REUTERS/Dado Ruvic/aww/cfo
Representasi mata uang virtual Bitcoin yang rusak, diletakkan di sebuah monitor yang memperlihatkan grafik saham dan kode biner, terlihat dalam foto ilustrasi ini, 21 Desember 2017. ANTARA FOTO/REUTERS/Dado Ruvic/aww/cfo

Koin kripto Terra Luna mendadak tenar di kalangan investor global. Hal itu terjadi bukan karena harga mata uang virtual yang terbang, melainkan nyaris ambrol 100 % dalam sehari.

Melansir Coinmarketcap, pada perdagangan Jumat (13/5), koin dengan kode perdagangan LUNA tersebut turun 99,98 % ke harga Rp 0,5 per koin alias kurang dari satu rupiah. Nilai tersebut merosot dari level sehari sebelumnya, yakni Rp 1.768,27 per koin.

Seiring penurunan harga koin LUNA, kapitalisasi pasar uang kripto satu ini juga mengalami penurunan 30,4 % menjadi US$ 259,02 juta atau sekitar Rp 3,8 triliun. Padahal, sebelum harga LUNA merosot, kapitalisasi pasarnya mencapai US$ 27 miliar dengan harga US$ 75 dolar per LUNA. Nilai tersebut, sempat menjadikan Terra LUNA sebagai aset kripto terbesar ke-9 di dunia.

Merespon penurunan tersebut, Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen mengatakan, turunnya cryptocurrency stablecoin menggarisbawahi risiko terkait aset digital. Menurutnya, kejatuhan harga Terra Luna yang spektakuler, menunjukkan ‘bahaya’ koin digital.

Berbeda dengan Bitcoin, Terra merupakan ekosistem jaringan pembayaran digital menggunakan blockchain yang terdesentralisasi menggunakan aset kripto, alias stablecoin. Sementara Luna merupakan aset kripto yang diterbitkan Terra untuk menjaga harga stablecoin tetap stabil.

Asal Usul Terra Luna

Ekosistem Terra mulai dibangun pada 2018 oleh Do Kwon dan Daniel Shin. Keduanya mendirikan Terraform Labs di Korea Selatan, hingga kemudian mengembangkan Terra.

Pendiri Terra memiliki pengalaman di bidang teknologi. Shin merupakan pendiri dan CEO perusahaan teknologi pembayaran asal Korea Selatan, Chai. Dia juga pendiri perusahaan e-commerce Korea, TMON. Sedangkan Kwon memiliki pengalaman bekerja sebagai staf di Microsoft.

Kehadiran Terra bertujuan sebagai solusi pembayaran dalam ekosistem finansial mata uang kripto. Adapun produk utama Terra adalah TerraUSD (UST), yang merupakan stablecoin yang memiliki patokan harga dolar AS. Alhasil, Terra menyediakan aset yang memiliki stabilitas uang fiat, namun bersifat terdesentralisasi dengan memanfaatkan keamanan jaringan blockchain.

Melansir Blockchainmedia, UST menjadi stablecoin terbesar kelima di pasar dan merupakan salah satu aset yang bertumbuh paling cepat dengan kapitalisasi pasar hingga US$ 2,5 miliar dalam setahun, setelah diluncurkan.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...