Lima Sosok Penting di Balik Perjalanan WIR Group Membangun Metaverse
Perusahaan patungan WIR Asia dan Salim Group, yakni PT Metaverse Indonesia Makmur telah menargetkan peluncuran purwarupa milik Indonesia bernama Nusameta. WIR masuk ke dalam perusahaan gabungan ini melalui anak usahanya Mata Nilai Republik, sementara Grup Salim melalui Surya Semesta Karya Persada.
Nusameta kemudian akan disebut sebagai “Indonesia versi digital”, itu adalah ekosistem yang terdiri dari platform dan integrasi online to offline (O2O), yang memungkinkan seluruh pengguna berinteraksi antara dunia nyata dan digital.
Dalam platform Nusameta, pengguna bisa membuat avatar dari aplikasi Nusameta di Google Play Store atau di mesin DAV, sebuah layar pintar berbasis internet of things (IoT) di ribuan gerai Alfamart. Mesin tersebut merupakan hasil karya WIR Asia melalui anak perusahaannya, Vatar Media Raya.
WIR Group sendiri memiliki berbagai portofolio proyek di bidang edukasi, penerbitan, hingga gim di lebih dari 20 negara. Selain itu, perusahaan dengan kode saham WIRG ini mempunyai lima paten global yang terdaftar secara nasional atau pada Patent Cooperation Treaty (PCT) untuk teknologi AR.
Perusahaan teknologi tersebut mampu berdiri berkat usaha lima orang co-founder, yakni Daniel Surya Wirjatmo, Philip Cahyono, Michael Budi Wirjatmo, Jeffrey Budiman, dan Senja Lazuardy. Di mana, tiga nama pertama merupakan saudara kandung, anak dari Jenny Setiawati Kosasih.
Pada 2011, awal berdirinya perusahaan, para founder menanamkan modal awalnya senilai Rp 600 juta. Daniel, Philip dan Michael memegang 30 % modal saham awal, sementara ibunya menanam 10 % modal awal.
Kini, per kuartal kedua 2022, WIR Group berhasil membukukan pendapatan senilai Rp 650,7 miliar, meningkat dua kali lipat atau 52,9 % dari periode yang sama tahun sebelumnya. Kinerja positif WIR Group, 77,7 % berasal dari penjualan barang via platform yakni Rp 505,9 miliar dari keseluruhan pendapatan perusahaan.
Untuk mengenal lebih jauh proses berdirinya WIR Group, berikut merupakan profil dan perjalanan masing-masing founder dalam membangun perusahaan teknologi tersebut:
Daniel Surya Wirjatmo
Menurut prospektus perusahaan, hampir seluruh co-founder menuntut ilmu di perguruan tinggi luar negeri, dan beberapa memulai karirnya di luar negeri. Daniel Surya Wirjatmo misalnya, pria yang lahir di Jakarta pada 1971 ini menempuh pendidikan masternya di York St. John University, Inggris jurusan Master of Art pada 2011. Sebelum itu, ia memulai karirnya di beberapa perusahaan agensi.
Pada 1997, Daniel menjadi seorang program director di Addison selama setahun untuk kemudian menjadi chief representative di Landor Associates Indonesia. Ia bekerja selama delapan tahun di perusahaan keduanya ini.
Kariernya pun meningkat saat ia dipercaya menjadi country director di The Brand Union dari 2007 hingga 2010. Namanya pun tercatat sebagai seorang penasehat alias advisor di AIESEC dari 2011 hingga 2020. Pada masa inilah, ia fokus membangun WIR Group, perusahaan yang berfokus pada pengembngan teknologi realitas digital dan konsultasi branding.
Daniel kemudian menempati kursi Direktur Utama WIR Group sejak awal pendirian, pada 2009, hingga 2018 dan sekarang menjadi komisaris utama perusahaan.
Daniel juga menjadi partner di konsultan PR Kennedy, Voice & Berliner, kemudian anggota Forbes Business Council, hingga advokat di komunitas start-up Eropa Utara, Tech Nordic Advocates. Sejak 2018 lalu, ia juga mengembangkan sebuah acara bernama Disrupto, yang bertujuan untuk mendorong ekosistem startup dan teknologi digital di Indonesia.
Michael Budi Wirjatmo
Adik Daniel, Michael Budi Wirjatmo lahir di Jakarta pada 1972. Ia sudah mengenyam ilmu programming di Grone Institute, Jerman sejak 1996. Berbeda dengan saudaranya yang berkarir di industri kreatif, Michel mengabdikan dirinya sebagai seorang pengembang desain perangkat lunak edukasi di Surya Institute dan Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI).
Surya Institute merupakan yayasan pendidikan besutan guru besar fisika Universitas Satya Wacana dan pendiri Surya University, Yohanes Surya. Michael bekerja di institusi Yohanes Surya selama sembilan tahun, dari 2009 hingga 2018. Setelah itu, ia menjabat sebagai Direktur Utama WIR Group dari 2019 hingga sekarang.
Philip Cahyono
Adik termuda dari Daniel dan Michael, Philip Cahyono, menjabat sebagai komisaris WIR Group. Philip lahir di Surabaya pada 1977 dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Universitas Dr. Soetomo, Surabaya pada 1999. Ia melanjutkan pendidikan di Sekolah Tinggi Teologi Internasional Harvest, Tangerang. Ia kemudian memperoleh gelar Master of Arts in Christian Leadership pada 2001.
Kiprah karir Philip dimulai sebagai seorang komisaris di Bank Perkreditan Rakyat alias BPR Surya Katialo yang terletak di Solok, Sumatera Barat. Peran ini ia emban dari 2008 hingga 2010, untuk kemudian menjadi chief controlling officer di WIR Group selama 11 tahun, dari 2010 hingga 2021. Jabatannya pun meningkat menjadi komisaris perusahaan pada 2021.
Jeffrey Budiman
Sosok co-founder keempat adalah Jeffrey Budiman, lelaki kelahiran Jakarta pada 1980 yang kini menjabat sebagai direktur WIR Group. Pendidikan tinggi Jeffrey dimulai dari perolehan gelar diploma di bidang Multimedia Arts dari LASALLE College of the Arts, Singapura pada 2001. Ia lalu melancong ke Inggris untuk melanjutkan pendidikan sarjana di bidang yang sama di Birmingham City University dan memperoleh gelar sarjana pada 2002. Setahun berselang, ia memperoleh gelar Master of Arts di universitas dan bidang yang sama.
Sama seperti Daniel, karier awal Jeffrey dimulai di bidang kreatif. Dari laman LinkedIn Daniel, tercatat ia pernah menjadi managing director sebuah konsultan strategic branding selama lima tahun, dari 2004 hingga 2009. Daniel pun masuk ke gurita bisnis WIR Group, melalui anak perusahaan bernama DM ID Group. Di sini, Daniel memegang posisi vice president director dari 2009 hingga 2012.
Setelah itu, Daniel bekerja di perusahaan branding milik WIR Group, Spacesym, sebagai direktur dari 2012 hingga 2013 yang kini telah berganti nama menjadi Redspace. Karirnya makin meningkat hingga berhasil menjabat sebagai Chief Technology Officer salah satu anak perusahaan WIR Group, AR & Co, selama 10 tahun dari 2012 hingga 2022.
Meski kerap dipercaya memegang posisi di berbagai anak usaha WIR Group, Jeffrey juga memegang posisi penting di perusahaan induk sejak 2009. Ia pernah menjadi chief technology officer, chief operating officer, dan chief innovation officer WIR Group.
Senja Lazuardy
Terakhir, ada nama Senja Lazuardy yang kini menjadi direktur WIR Group, lahir di Jakarta pada 1983. Ia adalah alumnus Universitas Al-Azhar Indonesia jurusan Teknologi Informasi dan lulus pada 2006. Setelah lulus, dia bekerja sebagai konsultan di Kimia Farma hingga 2007, administrator sistem Linux di Altelindo Karya Mandiri hingga 2008, dan senior programmer di DM ID Holland Jakarta hingga 2009.
Pada 2008, barulah Senja masuk ke lingkup bisnis WIR Group dengan menjadi co-founder AR&Co. Setelah enam tahun, barulah namanya tercatat sebagai direktur WIR Group di bidang IT.