Penjualan Ponsel dan Tablet Laris, Erajaya Bukukan Laba Naik 170%
Pandemi Covid-19 berlanjut di 2021, PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) masih bukukan kenaikan penjualan di tiga bulan pertama tahun ini. Peningkatan terbanyak berasal dari penjualan telepon seluler dan tablet yang tumbuh 47,45% di kuartal pertama 2021.
Mengutip keterbukaan informasi di laman Bursa Efek Indonesia (BEI) Senin (24/5), Erajaya catatkan kenaikan penjulan neto 38,95% menjadi Rp 10,85 triliun di kuartal pertama 2021. Capaian tersebut lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun lalu dengan penjualan Rp 7,8 triliun.
"Sampai saat ini, wabah Covid-19 secara relatif tidak memiliki dampak signifikan terhadap kegiatan operasi perusahaan dan entitas anak perusahaan," ujar manajemen ERAA dikutip dari laporan keuangan kuartal I-2021.
Rinciannya, 80% lebih pendapatan berasal dari kenaikan penjualan ponsel dan tablet yang tumbuh menjadi Rp 8,77 triliun dari periode yang sama tahun lalu. Disusul, 7,4% atau Rp 803,1 miliar penjualan produk operator.
Sedangkan 6,7% atau sekitar Rp 732,5 miliar pendapatan berasal dari penjualan aksesoris dan lainnya. Adapun penjualan komputer dan peralatan elektronik lainnya berkontribusi Rp 535,16 miliar atau 4,9% dari total penjualan neto kuartal pertama tahun ini.
Di sisi lain, beban pokok penjualan juga meningkat 37,82% year on year (yoy) menjadi Rp 9,65 triliun dari sebelumnya Rp7,02 triliun. Disusul beban penjualan dan distribusi yang naik 35,7% yoy menjadi Rp 434,9 miliar dari sebelumnya Rp 320,52 miliar.
Dari capaian tersebut, Erajaya berhasil membukukan kenaikan laba yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebanyak Rp 278,19 miliar sepanjang periode Januari-Maret 2021. Perolehan tersebut naik 170,87% yoy dari sebelumnya Rp 102,7 miliar.
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Handiman Soetoyo menilai, banyak katalis yang bakal mendukung Erajaya ke depan. Salah satunya, penerapan registrasi International Mobile Equipment Identity (IMEI) sejak September 2020 yang diprediksi meningkatkan margin atau laba emiten sektor komunikasi tersebut tahun ini.
“Jatuhnya beberapa pesaing di 2020 membuat ERAA memperoleh cluster baru dari merek Samsung di Jabodetabek dan Sulawesi. Jabodetabek menyumbang lebih dari 40% penjualan nasional,” kata Handiman dalam risetnya 5 Maret 2021.
Adapun beberapa risiko yang perlu diwaspadai Erajaya ke depan seperti, daya beli masyarakat yang mampu menekan angka penjualan lebih rendah dari perkiraan. Disusul risiko persaingan yang ketat, perpanjangan pembatasan aktivitas masyarakat, hingga pemulihan ekonomi yang lebih lambat dari perkiraan.
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), survei penjualan eceran (SPE) secara bulanan pada Maret 2021 mengalami peningkatan. Indeks penjualan riil (IPR) Maret 2021 tumbuh 6,1% dari capaian bulan sebelumnya -2,7%. Peningkatan SPE sejalan dengan menguatnya permintaan masyarakat selama Ramadan dan terjadi pada subkelompok sandang, kelompok barang budaya dan rekreasi, serta bahan bakar kendaraan motor.
Untuk SPE April 2021 diperkirakan masih naik ditopang daya beli masyarkat yang meningkat selama Ramadan. Adapun kelompok yang diperkirakan mengalami kenaikan seperti penjualan makanan, minuman, tembakau, peralatan informasi dan komunikasi dan barang lainnya.
Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menyampaikan, survei konsumen (SK) April 2021 menyentuh level optimisme yang pertama sepanjang tahun ini. Itu tercermin dari indeks keyakinan konsumen (IKK) bulan lalu yang menyentuh 101,5 atau masuk zona optimistis, dibandingkan Maret 2021 yang berada di 93,4.
“Keyakinan konsumen terpantau membaik pada seluruh kategori tingkat pengeluaran responden, tingkat Pendidikan dan kelompok usia responden,” kata Erwin dalam keterangan resminya beberapa waktu lalu.