Permintaan Membeludak, Bank Neo Raup Rp245 M dari Penjualan Saham Baru
PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) mencatatkan kelebihan permintaan (oversubscribed) saham baru hingga 426 juta saham atau setara Rp 127,9 miliar. Sebagai informasi, perusahaan tersebut menerbitkan Penawaran Umum Terbatas (PUT) IV dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue.
Melalui aksi korporasi tersebut, Bank Neo menawarkan 832,72 juta saham pada PUT IV. Adapun nilai pelaksanaannya Rp 300 per saham. Dengan demikian, jumlah dana yang akan diterima BBYB dari PUT IV sebanyak Rp 249,82 miliar.
Selama Periode perdagangan dan pelaksanaan HMETD yakni 15 Juni – 21 Juni 2021, dilakukan juga periode pemesanan saham tambahan hingga 23 Juni 2021. Dari perpanjangan tersebut, diperoleh pemesanan tambahan mencapai 1,26 miliar saham, atau kelebihan 426 juta lembar saham.
Kepala Divisi Sekretaris Perusahaan Bank Neo, Agnes F Triliana mengatakan right issue mengalami kelebihan jumlah peminat. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa porsi saham untuk publik melebihi kuota. Hal itu didukung animo masyarakat yang tinggi terhadap bank digital, terutama Bank Neo Commerce.
Agnes menambahkan, aksi right issue berniat untuk menarik investor baru. Namun, partisipasi dari investor lama juga turut menambah jumlah peminat saham baru Bank Neo tersebut.
“Minat masyarakat untuk memiliki saham Bank Neo cukup tinggi, khususnya bagi kami yang masih dalam tahap transformasi menjadi bank digital,” kata Agnes dalam keterangan resminya, Selasa (29/6).
Untuk itu, ke depan BBYB akan terus menyempurnakan layanan dan produk perbankan demi memenuhi kebutuhan masyarakat. Termasuk, dengan memberikan pengalaman perbankan digital yang unik bagi masyarakat.
Pemanfaatan dana yang diperoleh dari hasil PUT IV, seluruhnya akan digunakan untuk modal kerja pengembangan usaha Bank Neo. Di antaranya, investasi teknologi dan penyaluran kredit, serta kegiatan operasional perbankan.
Sebagai informasi, hingga akhir periode pelaksanaan aksi korporasi yakni 24 Juni 2021, pemegang saham terbesar Bank Neo masih dari publik yakni 30,21%. Disusul PT Akulaku Silvrr Indonesia dengan kepemilikan 24,98%. Selanjutnya, ada PT Gozco Capital 20,13%, PT Asabri (Persero) 13,58%, dan Yellow Brick Enterprise Ltd yakni 11,1%.
Bank Neo sebelumnya dikenal sebagai Bank Yudha Bhakt, salah satu bank nasional yang hadir 30 tahun di dunia perbankan Tanah Air. Sejak 2019, Akulaku mulai menjadi pemegang saham Bank Neo. Kemudian, pada 2020 perusahaan bertransformasi menjadi bank digital, dimulai dengan pergantian nama dan menjadi Bank Buku II oleh Otoritas Jasa keuangan (OJK).
Melansir RTI, pada perdagangan Selasa (29/6) saham BBYB ditutup koreksi 4,78% ke level Rp 398 per saham. Meskipun turun, sepanjang perdagangan hari ini saham Bank Neo mencatatkan aksi beli dari investor asing di seluruh market sebanyak Rp 35,61 juta.