Kasus Baru Covid-19 Melonjak, Prospek Obligasi Korporasi Bakal Lesu
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat saat ini menjadi tantangan bagi investasi surat utang atau obligasi. Melonjaknya kasus Covid-19 dan penerapan PPKM darurat menekan rencana penerbitan obligasi, khususnya dari korporasi di semester kedua tahun ini.
Kasus Covid-19 melonjak dan terus menyentuh rekor tertinggi. Rabu (7/7), sebanyak 34.379 kasus baru bertambah dalam sehari. Alhasil, akumulatif kasus positif di Indonesia naik menjadi 2,37 juta kasus. Bahkan, kasus kematian terus bertambah sebanyak 1.040 orang sore kemarin.
Berdasarkan data Worldometers, penambahan kasus baru Covid-19 di Indonesia kemarin berpotensi jadi yang tertinggi di dunia. Sedangkan di India hanya bertambah 769 kasus baru, padahal sebelumnya angka pertambahannya mencapai 34.067 kasus baru.
Ramdhan Ario Maruto selaku Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas menyampaikan, baik pemerintah maupun korporasi tengah dihadapkan situasi yang cukup berisiko. Sebab, dalam sebulan terakhir angka penyebaran Covid-19 sangat tinggi dan hal tersebut cukup mengganggu kegiatan industri secara umum.
Berdasarkan data Infovesta Utama, sepanjang periode Januari-Juni 2021 Infovesta Corporate Bond Index yang merupakan produk obligasi korporasi mencatatkan imbal hasil sebanyak 2,67%. Sedangkan untuk Infovesta Goverment Bond Index atau obligasi pemerintah memberikan return 1,16% di semester pertama tahun ini.
“Penerbitan corporate bond saya rasa akan terganggu sebulan ini, karena PPKM darurat dan tingginya penyebaran Covid-19 di Indonesia," kata Ramdhan saat dihubungi Katadata.co.id, Rabu (7/7).
Ke depan, Ramdhan menilai penting untuk memantau perkembangan penyebaran kasus di Tanah Air. Dia memprediksi, beberapa penerbitan obligasi kemungkinan akan tertunda di jangka pendek akibat penerapan PPKM darurat, karena akan memakan waktu proses penerbitan.
Di sisi lain, kondisi saat ini juga membuat konsentrasi industri cenderung lebih fokus melakukan ekspansi. Ramdhan memandang, tren suku bunga acuan rendah yang masih dijaga Bank Indonesia (BI) bisa menjadi momentum perusahaan untuk menerbitkan obligasi dengan bunga rendah.