Harga Tomat Naik 37%, Bank Indonesia: Inflasi Agustus Bakal ke 1,6%
Bank Indonesia (BI) memperkirakan indeks harga konsumen (IHK) bulan ini akan kembali mengalami inflasi atau kenaikan sebesar 0,04% secara bulanan. Berdasarkan survei pemantauan harga pekan kedua Agustus 2021, inflasi tersebut dipicu kenaikan harga komoditas tomat, minyak goreng dan telur ayam ras.
Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono merincikan, perkiraan inflasi untuk Agustus 2021 sebesar 1,6% secara tahunan dan 0,85% secara year-to-date (ytd).
"Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu II Agustus 2021, perkembangan harga pada Agustus 2021 relatif terkendali dan diperkirakan inflasi sebesar 0,04% secara month-to-month," kata Erwin dalam keterangan resminya, Jumat (13/8).
Komoditas pemicu utama inflasi IHK Agustus 2021 seperti tomat, minyak goreng dan telur ayam ras, masing-masing bakal menyumbang inflasi 0,02%. Mengutip data infopangan.jakarta, harga tomat dalam sebulan terakhir terus mengalami kenaikan. Harga tomat hari ini Rp 18.043 per kilogram (kg) atau naik 37% dibandingkan harga bulan lalu Rp 13.170 per kg.
Sementara itu, harga minyak goreng juga terus naik sekalipun lebih lambat. Harga minyak goreng hari ini menyentuh Rp 15.255 per kg atau naik 5% dari harga Rp 14.596 per kg bulan lalu. Selanjutnya, harga telur ayam ras juga mengalami kenaikan dari bulan lalu, namun mulai menunjukkan penurunan dalam dua minggu terakhir. Harga telur ayam ras tercatat Rp 24,362 per kg, mengalami kenaikan 3% dari harga Rp 23.628 bulan lalu.
Selain tiga komoditas tersebut, beberapa barang lainnya yang akan mengalami inflasi antara lain, bawang merah dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,01%.
Sementara itu, beberapa komoditas yang diramal mengalami deflasi antara lain cabai rawit sebesar 0,04%, dibandingkan bulan lalu yang menyumbang inflasi 0,03% terhadap kenaikan harga komponen makanan, minuman dan tembakau. Selanjutnya cabai merah deflasi 0,02%, daging ayam ras, kangkung, bayam, sawi hijau, kacang panjang, jeruk, emas perhiasan dan angkutan antar kota masing-masing deflasi sebesar 0,01%.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat IHK mengalami inflasi 0,08% sepanjang Juli. Inflasi pada kelompok pengeluaran makanan, minuman dan tembakau memberi andil paling besar yakni 0,04% dengan inflasi 0,15%.
"Berdasarkan hasil pemantauan BPS di 90 kota, IHK terjadi inflasi 0,08%. Tingkat inflasi tahun kalender 0,81%, sedangkan tingkat inflasi tahun ke tahun 1,52%," ujar Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers, Senin (2/8).
Berdasarkan kelompok pengeluaran mayoritas mengalami inflasi. Sedangkan transportasi mengalami deflasi 0,01%, disusul perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,07%. Adapun inflasi tertinggi terjadi pada kelompok kesehatan sebesar 0,24%, namun andilnya hanya 0,01% terhadap inflasi secara keseluruhan.
Sementara berdasarkan komponen pembentuknya, kenaikan tertinggi terjadi pada komponen harga bergejolak yang tercatat inflasi 0,14% secara bulanan. Indeksnya mengalami kenaikan dari deflasi cukup dalam 1,23% bulan sebelumnya.
Kenaikan juga terjadi pada komponen diatur pemerintah yang mencatat inflasi 0,01%, naik dari deflasi 0,21% bulan sebelumnya. Sementara komponen inti jadi satu-satunya yang melemah, inflasi Juli tercatat 0,07%, turun dari bulan sebelumnya inflasi 0,14%.