Transformasi Grab, dari Tugas Kuliah Anthony Tan Menjadi Decacorn

Amelia Yesidora
1 Desember 2021, 07:00
Transformasi Grab, dari Tugas Kuliah Anthony Tan Menjadi Decacorn
Instagram.com/grabfoodid
GrabFood menjadi salah sati platform layanan pesan-antar online yang sering digunakan di Indonesia.

Rencana perusahaan jasa transportasi Grab untuk menawarkan saham perdana atau initial public offering (IPO) bulan depan mendapat sorotan pelaku pasar Tanah Air. Dilansir dari Tech in Asia, perusahaan asal Singapura ini dapat mencatatkan IPO di Amerika Serikat paling lambat pada 2 Desember.

Rencananya, Grab mendaftar di Nasdaq dengan kode emiten GRAB. Keputusan ini didukung juga oleh kinerja keuangan Grab yang dinilai baik pada tahun lalu. Tercatat nilai transaksi (GMV) Grab pada 2020 sebesar US$ 12,5 miliar, dua kali lebih besar dibandingkan 2018, walau hanya naik tipis dari 2019 yang sudah mencapai US$ 12,2 miliar.

Advertisement

Selain itu, rencana merger dengan Altimeter Growth Corp turut meningkatkan valuasi ekuitas berdasarkan pro-forma sebesar US$ 39,6 miliar atau Rp 578,4 triliun.

Grab adalah perusahaan super unicorn (decacorn) pertama di Asia Tenggara yang memiliki nilai valuasi di atas US$ 10 miliar. Status ini diperoleh Grab dalam kurun lima tahun, tepatnya pada 2018.

Berawal dari Tugas Kuliah

Kesuksesan Grab digawangi founder-nya, duet warga negara Malaysia, Anthony Tan dan Tan Hooi Ling pada 2012. Awalnya, aplikasi ini bernama MyTeksi, yang merupakan bagian dari proyek kuliah Anthony pada 2011.

Ide awal aplikasi transportasi ini muncul ketika Anthony mendengar keluhan temannya mengenai layanan taksi di Malaysia yang kerap mematok tarif mahal, bahkan kerap salah rute. Kala itu, Anthony masih menjadi mahasiswa Master of Business Administration (MBA) di Harvard Business School, Boston, Amerika Serikat.

Tugas kuliah itu, kemudian dia presentasikan dengan menggunakan konsep ride sharing milik Garrett Camp di hadapan profesornya. Proyek ini memenangkan juara kedua dalam kompetisi business plan tahun 2011 di Harvard Business School dan keluar sebagai finalis penghargaan "Minimum Viable Product Funding Harvard".

Bersama dengan Ling, Anthony kemudian meluncurkan aplikasi MyTeksi di Malaysia pada Juni 2012. Di tahun yang sama, Anthony memutuskan untuk mengganti nama aplikasi ini menjadi GrabTaxi. Sayangnya, nama itu tak bertahan lama dan dipersingkat menjadi Grab.

Untuk meluncurkan aplikasi yang kini identik dengan warna hijau tersebut, Anthony bermodal US$ 25 ribu atau Rp 358 juta. Kini, aplikasi Grab sudah tersedia di delapan negara di Asia Tenggara: Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Myanmar, Kamboja, Filipina, dan Indonesia. Bahkan, di Tanah Air, Grab sudah beroperasi di 125 kota.

Grab mulai beroperasi di Indonesia pada 2014, bersamaan dengan masuknya Grab di Vietnam. Di tahun yang sama, Anthony dan Ling mengembangkan model bisnis baru dengan menggaet perusahaan rental mobil dan mobil pribadi untuk dijadikan bagian armada kendaraan bisnis di GrabCar.

Usaha ini berhasil. GrabCar pun resmi beroperasi dari Juli 2014 hingga sekarang. Model bisnis kedua adalah GrabRide yang beroperasi empat bulan setelahnya, November 2014. 

Setahun berselang, Grab melebarkan bisnisnya ke jasa pengantaran barang. Layanan ini bernama GrabExpress dan beropersi di Indonesia, Vietnam, Malaysia, dan Singapura. Awal 2016, Grab berinovasi di dunia teknologi keuangan atau financial technology (fintech) dengan menghadirkan GrabPay.

GrabPay menjadi satu-satunya jasa pembayaran digital yang memiliki lisensi e-money di enam negara ASEAN saat itu. Pada 2016 juga, GrabFood hadir sebagai layanan jasa pengantaran makanan dan minuman.

Halaman:
Reporter: Amelia Yesidora
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement