Y20 Menawarkan Perspektif Indonesia Diadopsi Negara G20

Intan Nirmala Sari
24 Juli 2022, 13:20
Delegasi Y20 M Abdullah Syukri
Katadata

Rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi tingkat  generasi muda dari 20 negara yang tergabung dalam Youth 20 atau KTT Y20 resmi berakhir, Minggu (24/7). Hal itu ditandai dengan penyerahan dokumen rekomendasi kebijakan (Communiqué) kepada pemerintah RI pada Closing Ceremony di Intercontinental Bandung Dago Pakar.

Dalam gelaran KTT Y20 yang berlangsung pada 17-24 Juli tersebut, para generasi muda fokus membahas isu-isu global. Melalui working group, Delegasi Y20 menghasilkan komunike untuk direkomendasikan kepada para pemimpin G20.

Adapun dari delegasi Y20 Indonesia memiliki empat isu prioritas: transformasi digital, ketenagakerjaan pemuda, keragaman dan inklusi, serta keberlanjutan planet dan layak huni. Delegasi Y20 Indonesia juga mengajak para pemimpin G20 untuk memikirkan cara agar ketimpangan antar negara lebih ter-address, sehingga bisa saling merangkul untuk maju. 

"Kita ingin perspektif Indonesia bisa diadopsi oleh negara-negara lain, dengan kebijakan atau proposal-proposal yang kita tulis," kata Delegasi Y20, Muhammad Abdullah Syukri dalam wawancara kepada Katadata.co.id beberapa waktu lalu. 

Lalu, seperti apa pandangan pria yang akrab disapa Abe dan sempat melanjutkan kuliah di Jerman, hingga aktif di Forum Perdamaian Dunia, dalam memandang kondisi dan masalah diversity and inclusion di Indonesia saat ini? Berikut rangkuman wawancaranya:

Kondisi keberagaman dan inklusi Indonesia seperti apa?

Pada dasarnya, kita punya future yang luar biasa kaya, seperti kekayaan kultur, adat dan budaya yang sudah berabad-abad turun, dan menjadi kekayaan luar biasa. Tapi, di satu sisi ini menjadi tantangan, bagaimana mengelola keberagaman itu di berbagai macam sektor, seperti pendidikan, ekonomi, politik, sosial, dan lain-lain. Di satu sisi itu potensi yang luar biasa, di satu sisi menjadi tantangan.

Inklusivitas, kita berbicara bagaimana kita terbuka dengan berbagai macam kelompok masyarakat yang berbeda-beda tadi. Dengan berbagai macam kebutuhan berbeda, baik kebutuhan secara fisik, kebudayaan, kelas sosial, dan sebagainya. Sehingga, mereka bisa terbuka dan masuk ke dalam setiap aktivitas kehidupan masyarakat secara normal.

Bagaimana Y20 melihat perubahan keberagaman antara masyarakat zaman dulu dengan sekarang? Apakah harmonis atau ada ketimpangan?

Secara umum berjalan harmonis, tetapi pada satu, dua titik ada ketimpangan dan permasalahan. Ketimpangan semisal, melihat keberagaman dari sudut pandang kewilayahan. Bagaimana wilayah-wilayah yang berada di pulau-pulau, bukan pulau utama di Indonesia masih sulit. Bagaimana mereka bisa memberikan akses pendidikan yang layak dan baik untuk warga dan masyarakat. Begitu juga di tempat-tempat yang lain, seperti pulau terpencil, perbatasan, atau daerah-daerah yang kategorinya kurang terbangun, itu menjadi permasalahan sendiri.

Jadi, perbedaan yang ada, kemudian ditimpa dengan kesenjangan sosial dan ekonomi. Sehingga, itu seolah-olah menjadi hal yang menumpuk. Tentunya, kita tidak ingin ini terjadi.

Dari sisi harmoni, kita bisa belajar di satu universitas yang sama, sekolah yang sama, dengan latar belakang berbeda, kesukuan berbeda, bahasa berbeda. Saya kira, ini hal yang luar biasa yang bisa Indonesia lakukan hari ini, dan kemudian perlu di-promote, diperkenalkan ke luar negeri melalui forum G20.

Pergeseran zaman terkait digitalisasi, itu bagaimana?

Satu sisi ini menjadi kelebihan, satu sisi ada tantangannya. Kelebihannya, adanya media sosial kita bisa mempromosikan kebudayaan dan campaigne nilai-nilai keberagaman, serta memberitakan hal-hal baik, bagaimana terjadi harmonisasi di banyak tempat.

Di satu sisi lain, ketika ada kelompok yang membuat narasi-narasi kurang baik di media sosial dan tidak semua masyarakat Indonesia memiliki wawasan literasi digital yang baik, tentu ini menjadi hal yang perlu diwaspadai dan diperhatikan.

Maka di salah satu proposal kebijakan yang saya tulis di Y20 pada gelaran G20 tahun ini, adalah harus ada kegiatan literasi digital yang membuka wawasan dan membuka skill, kemudian membuat konten-konten di media sosial bisa mengharmonisasi keberagaman itu. Jadi memberikan knowledge, experience, bagaimana bisa menjadi narasi utama di media sosial. Alih-alih ini diambil kelompok yang tidak bertanggung jawab dan membuat narasi-narasi lain, padahal kita baik-baik saja. Maka wawasan literasi digital itu juga menjadi satu benang lurus yang harus dikerjakan bersama-sama, agar ini terharmonisasi dengan baik.

Digitalisasi jadi tantangan dan solusi?

Iya, di Y20 banyak sekali cross cutting proposal dengan isu-isu transformasi digital. Kita bicara ketenagakerjaan, pasti ada isu digitalisasi, bicara livable planet juga ada isu digitalisasi, education juga. Nah ini bisa memotong gap  yang ada di Indonesia.

Contoh, secara pembangunan fisik untuk infrastruktur pendidikan, belum bisa dijangkau sepenuhnya di berbagai macam wilayah. Dengan infrastruktur internet, setidaknya teman-teman (pemuda) di daerah bisa mengakses berbagai macam resources, pendidikan yang bisa mereka konsumsi dengan baik di daerah masing-masing. Ini bisa memotong gap, dan percepatan ekonomi.

Hal-hal yang lebih besar lagi, bagaimana literasi digital mampu membuat institusi manajemen pendidikan lebih baik. Kemudian, staf pengajar, dosen dan sebagainya juga bisa mengakses pendidikan dengan baik.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...