Spekulasi Perpanjangan PPKM Darurat, IHSG Anjlok 1,62% dalam Dua Hari
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup turun 0,55% menyentuh level 5.979 pada perdagangan Rabu (14/7). Penurunan ini meneruskan tren bearish, setelah kemarin indeks anjlok 1,09%. Secara kumulatif, IHSG dalam dua hari terakhir bergerak turun hingga 1,62%.
Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat menjadi salah satu pemicu tekanan IHSG dalam beberapa hari terakhir. Terlebih, Menteri Keuangan Sri Mulyani memberi sinyal PPKM darurat diperpanjang hingga pertengahan Agustus 2021, dari yang sebelumnya hingga 20 Juli 2021.
"Sentimen terkait PPKM darurat tentu menjadi pemicu pada tekanan IHSG dalam beberapa hari terakhir," kata Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama kepada Katadata.co.id, Rabu (14/7).
Menurut Okie, penurunan indeks juga seiring dengan proyeksi ekonomi nasional. Progres pemulihan konsumsi dan ekspansi pelaku usaha berpotensi tertekan akibat kebijakan pembatasan interaksi masyarakat tersebut.
Dalam waktu dekat, emiten-emiten di pasar modal merilis kinerja keuangan semester I-2021. Hal itu juga dianggap berpotensi mempengaruhi keputusan investasi para investor di pasar modal dalam negeri.
"Kami melihat penurunan ini merupakan penyesuaian dari investor terhadap ekspektasi kinerja dari emiten pada tahun ini," kata Okie menambahkan.
Analis Artha Sekuritas Indonesia Dennies Christoper Jordan mengatakan, pergerakan IHSG dalam beberapa hari terakhir ini memang dibayangi oleh semakin tingginya penambahan kasus Covid-19 di dalam negeri. Selain itu, penerapan PPKM darurat, dinilai belum berdampak positif sehingga bisa menekan laju IHSG.
"Pergerakan IHSG akan dibayangi kekhawatiran kian tingginya kasus covid-19 dari dalam negeri dan belum adanya dampak positif dari PPKM darurat yang telah dilakukan pemerintah," kata Dennies.
Analis Panin Sekuritas William Hartanto mengatakan, efek PPKM darurat yang diperpanjang membawa dampak negatif pada pergerakan IHSG, meski tidak signifikan karena indeks masih mempertahankan level support 5.947.
"Support ini terbentuk sejak bulan Juni 2021. Jadi IHSG itu konsolidasi dalam rentang level 5.947 hingga 6.114 dan belum berubah," kata William kepada Katadata.co.id, Rabu (14/7).
William menilai investor asing melakukan akumulasi beli dalam beberapa hari terkahir disebabkan adanya peluang beli di saat melemah (buy on weakness).
"Di sisi lain karena siklus pasar secara tahunan masih berlangsung dan ada peluang window dressing saya kira itu penyebabnya (investor asing net buy)," kata William.
Berdasarkan data perdagangan hari ini, total volume saham yang ditransaksikan mencapai 16,9 miliar unit saham dengan nilai mencapai Rp 9,66 triliun dan frekuensi hingga 1,13 juta kali. Terdapat 172 saham yang menguat, 327 saham turun, dan 143 saham yang stagnan.
Di tengah pelemahan indeks, tercatat investor asing masih mencatatkan beli dengan nilai bersih Rp 126,27 miliar di pasar reguler dan senilai Rp 53,64 miliar di pasar negosiasi dan tunai. Sehingga, total nilai beli bersih di seluruh pasar senilai Rp 179,9 miliar.
Saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menjadi yang paling banyak dibeli oleh asing dengan nilai bersih Rp 82,1 miliar. Lalu, saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) juga diincar asing dengan nilai beli bersih senilai Rp 43 miliar.
Meski IHSG anjlok pada perdagangan kemarin, investor asing masuk ke pasar saham Tanah Air. Nilai bersih dari pembelian asing pada perdagangan kemarin tercatat Rp 211,47 miliar.
Di sisi lain, pemerintah terus memastikan investor menanamkan modalnya di Indonesia. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, kondisi pandemi saat ini memang mempengaruhi kepercayaan investor. Konsumsi masyarakat yang menurun setiap kasus naik menyebabkan investor menimbang kembali investasinya (wait and see).
"Bila kita menangani Covid-19 dengan baik, saya kira mereka masih percaya untuk investasi di Indonesia," ujar Luhut dalam acara Investor Daily Summit 2021, Rabu (14/7).
Luhut menyebut pemerintah menghadapi tantangan yang cukup berat dalam menangani lonjakan pandemi kasus Covid-19, terutama dalam ketersediaan obat-obatan, oksigen, rumah sakit hingga tenaga kesehatan. Kendati demikian, pemerintah terus berupaya menangani pandemi Covid-19 dengan optimal.
"Ini tantangan bagi kita sehingga dalam menarik investor ke depan, saya kira kondisi Covid-19 ini perlu jadi acuan sehingga mereka (investor) yakin bahwa kita menangani dengan baik," kata Luhut.