Terpukul Pandemi, Hero Rugi Setengah Triliun dan Terpaksa Tutup Giant
Di tengah pandemi Covid-19 yang masih melanda Indonesia, bisnis PT Hero Supermarket Tbk terus ditutupi awan mendung. Sampai semester I 2021, pendapatan Hero anjlok 25,99%, rugi membengkak dua kali lipat, hingga akhirnya harus menutup gerai Giant secara permanen.
Berdasarkan laporan keuangan, emiten retail berkode saham HERO ini membukukan pendapatan bersih senilai Rp 3,66 triliun pada semester I-2021 atau anjlok 25,99% dibanding periode sama tahun lalu senilai Rp 4,95 triliun. Hal itu salah satunya yang membuat Hero harus merugi Rp 550,88 miliar atau membengkak dua kali lipat lebih dari rugi Rp 202,07 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan, pendapatan bersih Hero mayoritas masih berasal dari segmen makanan senilai Rp 2,18 triliun pada enam bulan pertama tahun ini. Namun, pendapatan bersih tersebut mengalami penurunan hingga 38,65% dibanding periode sama tahun lalu senilai Rp 3,55 triliun.
Meski begitu, pendapatan dari segmen non-makanan tercatat senilai Rp 1,48 triliun pada semester I-2021 ini. Raihan itu tercatat tumbuh hingga 6,22% dibanding periode sama tahun lalu senilai Rp 1,39 triliun.
Meski pendapatan bersih mengalami penurunan, beban pokok pendapatan juga ikut turun 28,12% dari Rp 3,67 triliun menjadi Rp 2,64 triliun. Namun, laba kotor Hero hanya tersisa Rp 1,02 triliun atau turun 19,87% dari periode sama tahun lalu senilai Rp 1,27 triliun.
Hero juga harus menanggung pembengkakan beban usaha 12,67% secara tahunan, dari Rp 1,53 triliun menjadi Rp 1,72 triliun pada semester I-2021. Alhasil, rugi sebelum pajak penghasilan senilai Rp 647,03 miliar atau membengkak dari rugi sebelum pajak Rp 228,55 miliar.
Berdasarkan jumlah aset, Hero memiliki total Rp 4,92 triliun per Juni 2021 yang terdiri dari aset lancar senilai Rp 1,47 triliun dan aset tidak lancar senilai Rp 3,44 triliun. Sementara itu, jumlah liabilitas senilai Rp 3,61 triliun, terdiri dari jangka pendek Rp 3,1 triliun dan panjang 510,72 miliar.
Presiden Direktur Hero Patrik Lindvall mengatakan, Hero memang terus menghadapi tantangan yang cukup signifikan pada semester pertama 2021 akibat pandemi Covid-19, terkait penerapan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), maupun perubahan pola belanja pelanggan.
Patrik mengatakan, setelah tinjauan strategi bisnis yang mendalam, pada Mei lalu, manajemen mengubah pendekatan perdagangannya dengan meningkatkan investasi pada bisnis IKEA, Guardian, dan Hero Supermarket. Akibat fokus tersebut, manajemen terpaksa mengalihkan investasi dari Giant.
"Perubahan strategi ini merupakan respons yang menentukan dan diperlukan guna menghadapi dinamika pasar yang berubah," kata Patrik dalam siaran pers yang dikutip pada Senin (2/8).
Perubahan dinamika pasar yang dimaksud oleh Patrik, terutama pola belanja pelanggan Indonesia yang menjauh dari format hypermarket dalam beberapa tahun terakhir. Serta dikarenakan adanya pandemi Covid-19.
Menyusul pengumuman perubahan pendekatan strategis, Hero bermaksud untuk mengubah beberapa toko Giant menjadi IKEA dan Hero Supermarket. Perseroan terus melakukan diskusi dengan pihak ketiga sehubungan dengan divestasi sejumlah toko dan properti yang dimiliki, dimana targetnya selesai pada triwulan III-2021.
"Pendapatan yang dihasilkan dari penjualan aset akan memberikan Hero pendanaan untuk mendukung inisiatif pertumbuhannya di masa depan," kata Patrik.
Ia mengatakan, penjualan Guardian meningkat secara signifikan pada triwulan II-2021 ini dibandingkan triwulan sebelumnya, dikarenakan pola belanja pelanggan secara bertahap normal kembali. Laba underlying juga meningkat pada semester pertama dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Patrik mengakui, PPKM darurat yang diterapkan pada Juli lalu berdampak pada penjualan. Guardian tetap berkomitmen untuk memperkuat posisi nilai dan relevansinya dengan pelanggan dan terus fokus pada pengendalian biaya untuk memastikan dapat keluar dari kondisi saat ini.
Sementara itu, total penjualan IKEA tumbuh terutama karena pembukaan toko ketiga IKEA Indonesia di Bandung pada triwulan I-2021. Profitabilitas IKEA dipengaruhi oleh biaya pra-pembukaan yang lebih tinggi terkait dengan pembukaan toko baru dan penurunan penjualan.
"Program ekspansi toko IKEA terus berjalan menuju pembukaan toko keempat IKEA di Jakarta Garden City yang diharapkan akan dibuka pada akhir tahun ini," kata Patrik.
Di sisi lain, kinerja keuangan bisnis ritel groseri di bawah Hero pada semester I-2021 terus terkena dampak negatif akibat pandemi Covid-19. Pembatasan sosial yang ketat, larangan perjalanan domestik, dan penutupan atau pemberlakuan pembatasan perdagangan yang ketat di pusat perbelanjaan, mengubah pola belanja pelanggan dan mengurangi jumlah kunjungan pelanggan ke lokasi-lokasi ini.
"Akibatnya, hal ini secara material mempengaruhi kinerja hypermarket sebagai destinasi belanja dalam format besar. Optimalisasi ruang usaha yang berkelanjutan juga mempengaruhi kinerja pertumbuhan penjualan," kata Patrik.
Rambah Bisnis Baru Melalui Pendirian Anak Usaha
Bersama anak usahanya, PT Rumah Mebel Nusantara, Hero baru saja mendirikan anak perusahaan baru dengan nama PT Distribusi Mebel Nusantara (DMN) pada 9 Juli 2021 lalu. DMN dibentuk untuk mengembangkan usaha dengan melakukan kegiatan usaha di bidang perdagangan besar.
DMN didirikan dengan modal dasar senilai Rp 11 miliar yang terbagi atas 1,1 juta unit saham. Dari modal dasar tersebut, Hero menyetor Rp 10 ribu atas sejumlah 1 lembar. Sementara Rumah Mebel Nusantara melakukan setoran penuh atas 1,09 juta saham yang keseluruhannya bernilai Rp 10,99 miliar.