Indika Energy Kantongi Rp 595 M dari Jual Saham Perusahaan Pelayaran
PT Indika Energy Tbk melakukan divestasi saham entitas usahanya di bidang distribusi batu bara, PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk. Kini emiten berkode saham INDY itu mengantongi dana US$ 41,31 juta atau setara Rp 595,8 miliar (Rp 14.425/US$) dari hasil penjualan saham tersebut.
Indika Energy, melalui anak usahanya PT Indika Energy Infrastructure (IEI) memiliki 51% saham MBSS, sementara The China Navigation Co. Pte. Ltd memiliki 25,68% saham MBSS. Keduanya berperan sebagai pemegang saham awal perusahaan.
Kedua perusahaan, selaku penjual telah menandatangani perjanjian jual beli bersyarat (CSPA) dengan PT Galley Adhika Arnawama (GAA) terkait rencana penjualan 76,68% atau 1,34 miliar saham MBSS.
"Berdasarkan CSPA tersebut, IEI bermaksud untuk menjual seluruh 892.513.586 saham IEI di MBSS yang mewakili 51% dari modal disetor MBSS," ujar Sekretaris Perusahaan Indika Energy Adi Pramono dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Senin (9/8).
Valuasi yang disepakati untuk seluruh saham di MBSS adalah setara dengan US$ 81 juta. Dengan demikian, perkiraan nilai penjualan 51% saham milik Indika adalah US$ 41,31 juta.
Setelah rencana transaksi selesai dilaksanakan, MBSS tidak lagi menjadi anak perusahaan dan tidak dikonsolidasi dalam laporan keuangan perusahaan.
Setelah transaksi rampung, susunan pemegang saham akan berubah, yakni GAA memiliki 76,68% atau 1,34 miliar saham. Sisanya, investor saham Lo Kheng Hong memiliki 6,11% atau 107,01 juta juta saham, dan publik memiliki 17,2% atau 301,05 juga saham perusahaan. Namun, hal ini bergantung pada hasil penawaran tender wajib.
Sekretaris Perusahaan Mitrabahtera Segara Sejati Ratih Safitri meyakini rencana transaksi tidak akan berdampak material terhadap kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan, atau kelangsungan usaha perseroan.
Kinerja Indika Energy
Perusahaan milik Taipan Agus Lasmono Sudwikatmono itu membukukan laba bersih senilai US$ 12 juta di semester I 2021. Angka tersebut membalikkan kinerja pada periode yang sama tahun sebelumnya yang membukukan rugi US$ 21,91 juta.
Membaiknya kinerja perusahaan tak lepas dari naiknya pendapatan. Pada periode enam bulan pertama tahun ini Indika membukukan pendapatan US$ 1,28 miliar, naik 14,1% secara tahunan, dari US$ 1,12 miliar pada semester I 2020.
Peningkatan pendapatan terutama berasal dari PT Kideco Jaya Agung (Kideco) yang mencatat kenaikan harga jual rata-rata batu bara sebesar 21,9% dari US$ 39,8 menjadi US$ 48,6 per ton. Kideco juga membukukan kenaikan volume penjualan batu bara 8,5% dari 16,6 juta ton menjadi 18,1 juta ton.
Dari volume tersebut, Kideco memasarkan 6,4 juta ton, 35% diantaranya untuk DMO, jauh melebihi kewajiban yang diamanatkan undang-undang sebesar 25%.
Sementara itu volume penjualan batu bara untuk pasar ekspor mencapai 11,7 juta ton dengan negara tujuan Tiongkok, India, dan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Anak usaha Indika lainnya juga berkontribusi terhadap naiknya pendapatan, yakni PT Petrosea Tbk. yang pendapatannya naik 9,9% berkat meningkatnya kinerja di bidang kontrak pertambangan.
Demikian pula perusahaan tambang batu bara PT Multi Tambangjaya Utama (MUTU) sebesar 75,1% yang disebabkan kenaikan volume penjualan batubara dari 0,6 juta ton menjadi 0,9 juta ton. MUTU juga mencatat kenaikan harga jual rata-rata batu bara sebesar 30,4% dari US$ 63,1 menjadi US$ 82,3 per ton.
Sementara itu perusahaan lainnya seperti perusahaan transportasi dan logistik laut PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk. (MBSS), dan perusahaan logistik terintegrasi PT Interport Mandiri Utama (Interport) juga berkontribusi positif terhadap meningkatnya pendapatan Indika.
Indika Energy juga memiliki total liabilitas sebesar US$ 2,7 miliar atau meningkat dari US$ 2,62 miliar. Sementara itu, ekuitas yang dimiliki hanya US$ 888,18 juta, naik dari US$ 867,29 juta. Perusahaan memiliki aset US$ 3,59 miliar dari semula US$ 3,49 miliar.