Menanti Pidato Gubernur Fed, Rupiah Melemah Rp 14.425 per US$
Nilai tukar rupiah dibuka melemah 0,05% ke level Rp 14.425 per dolar AS di perdagangan pasar spot hari ini. Pelemahan dipengaruhi pasar yang masih menantikan pidato Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (Fed) di simposium tahunan Jackson Hole malam ini.
Mengutip Bloomberg, rupiah berlanjut melemah Rp 14.438 hingga pukul 09.15 WIB. Ini melanjutkan penurunan dari posisi penutupan kemarin di level Rp 14.418 per dolar AS.
Mata uang asia lainnya bergerak bervariasi. Yen Jepang menguat 0,08% bersama dolar Singapura 0,01%, rupee India 0,03% dan bath Thailand 0,12%. Sementara yuan Tiongkok melemah 0,06% bersama ringgit Malaysia 0,05%, peso Filipina 0,20%, won Korea Selatan 0,02% dan dolar Taiwan 0,01%. Sementara dolar Hong Kong terpantau stagnan.
Analis pasar uang Ariston Tjendra memprediksikan rupiah akan bergerak melemah lebih dari dari posisi pembukaan ke level Rp 14.450 per dolar AS, dengan potensi support di kisaran Rp 14.400. Pelemahan rupiah dipengaruhi adanya sentimen penguatan dolar AS di tengah penantian pasar terhadap pidato Gubernur Fed Jerome Powell malam ini.
"Pasar kelihatannya berkonsolidasi mengantisipasi kemungkinan Powell akan mengindikasikan tapering akan dimulai di akhir tahun ini," kata Ariston kepada Katadata.co.id, Jumat (27/8).
Jerome Powell dijadwalkan hadir dan memberikan sambutannya di simposium tahunan Jackson Hole yang digelar virtual hari ini. Pasar mengantisipasi Powell kemungkinan akan menyinggung perihal rencana tapering off atau pengetatan stimulu dalam pidatonya nanti.
Jackson Hole merupakan pertemuan tahunan antara pejabat bank sentral di AS, pemerintah, ekonom dan akademisi untuk membahas berbagai isu ekonomi baik domestik maupun global. Agenda ini cukup populer karena pasar sangat memperhatikan informasi penting yang disampaikan oleh pejabat Fed.
"Kami tidak mengharapkan pengungkapan kebijakan besar pada pertemuan ini. Saya tidak berpikir Powell akan mendahului pertemuan bulan depan, dengan berbagai masukan yang ada, saya rasa ini bukan saatnya Powell benar-benar ingin membuat kejutan,” kata kepala strategi pendek AS di Bank of America Mark Cabana seperti ikutip dari CNBC, Jumat (20/8).
Namun jika Powell benar-benar kembali menginggung tapering off, ini akan memperjelas langkah bank sentral selanjutnya setelah pasar dibuat riuh sepekan lalu oleh rilis risalah rapat Fed bulan Juli. Dalam notulen tersebut terungkap, mayoritas pejabat Fed yang hadir dalam rapat komite pasar terbuka federal (FOMC) tampaknya makin mendekati kata sepakat untuk mengurangi pembelian obligasi pemerintah sebelum akhir tahun.
Untuk diketahui, Fed rutin membeli obligasi pemerintah sebesar US$ 120 miliar setiap bulannya. Pembelian ini terdiri atas US$ 80 miliar melalui US Treasury dan US% 40 miliar di sekuritas berbasis hipotek.
Namun tanda-tanda kenaikan suku bunga sepertinya masih belum jelas. Sebagian pejabat Fed menilai bank sentral perlu menaikkan suku bunga secepat mungkin untuk mengantisipasi kenaikan inflasi yang makin tak terkendali. Di sisi berlawanan, beberapa pejabat menilai inflasi yang tinggi mungkin hanya sementara sehingga stimulus berupa suku bunga rendah masih diperlukan untuk mempertahankan laju pemulihan.
Sementara, dalam konferensi pers akhir bulan lalu, Fed mengumumkan suku bunga masih bertahan di level rendah mendekati nol yakni 0% hingga 0,25%. Powell dalam konferensi pers tersebut mengatakan bank sentral akan melihat indikator perbaikan sektor tenaga kerja dan kenaikan harga-harga barang sebelum memutuskan untuk tapering.