Proposal Restrukturisasi Rampung, Ini Strategi Garuda Pangkas Utang
Proposal restrukturisasi utang PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk sudah rampung. Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, maskapai milik negara itu menargetkan restrukturisasi bisa mengurangi total kewajiban Garuda setidaknya menjadi US$ 3,69 miliar.
Hal ini diungkapkan Tiko, sapaan akrabnya, dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan DPR Komisi VI, Selasa (9/11). Dalam proposal restrukturisasi utang tersebut, Garuda mengklasifikasikan utang berdasarkan masing-masing tipe kreditur yang dibagi menjadi delapan kelompok.
"Utang pajak dan karyawan akan dilunasi tanpa ada pengurangan nilai utang. Meski begitu, pelunasan utang ini dilakukan secara bertahap," ujar Tiko dalam RDP Komisi VI DPR yang ditayangkan secara virtual, Selasa (9/11).
Selanjutnya, Garuda tidak mengurangi tingkat utang untuk kreditur secured atau kredit dengan jaminan. Penyelesaian utang ini dilakukan melalui penyelesaian agunan (collateral settlement).
Garuda juga akan menyelesaikan utang dalam bentuk obligasi wajib konversi dengan melakukan konversi menjadi ekuitas. Dengan demikian, tidak ada pengurangan nominal utang dalam pelunasannya.
Utang kepada sejumlah BUMN yaitu, Himpunan Bank Negara (Himbara), Pertamina, Airnav, dan Gapura diselesaikan melalui penawaran zero coupon bond dengan tenor selama 20 tahun. Dengan begitu, utang Garuda kepada sejumlah BUMN ini bisa turun 70%-85%.
Sementara itu, utang kepada operator bandara Angkasa Pura I dan Angkasa Pura II, termasuk utang vendor usaha, Garuda menawarkan utang dengan kupon baru dan ekuitas di Garuda. Dengan demikian, utang yang berasal dari kreditur tersebut bisa turun 70-85%.
Skema penawaran utang dengan kupon baru dan ekuitas di Garuda juga akan ditawarkan kepada kreditur lainnya agar terjadi pengurangan utang sekitar 70-85%. Krediturnya antara lain, pemegang sukuk, KIK EBA, LPEI, dan bank swasta. Lalu utang tunggakan dan klaim lessors. termasuk pembelian pesawat yang dibatalkan akan diselesaikan dengan skema yang sama.
Selain melakukan restrukturisasi kepada kreditur, utang Garuda juga akan berkurang dengan sejumlah strategi lain, yaitu pengurangan jumlah pesawat. Jumlah pesawat Garuda dan Citilink akan diturunkan dari 202 pesawat pada 2019 menjadi 134 pada 2022 agar selaras dengan rute yang diterbangi.
"Jumlah tipe pesawat juga akan dikurangi dari 13 jenis menjadi hanya 7 jenis," kata Tiko menambahkan.
Selain mengurangi jumlah pesawat, strategi pengurangan utang dilakukan dengan melakukan negosiasi ulang terkait biaya sewa pesawat. Garuda akan melakukan negosiasi ulang atas kontrak sewa pesawat-pesawat yang masih akan digunakan ke depannya.
"Melalui upaya renegosiasi tersebut, biaya sewa pesawat Garuda dan Citilink diharapkan dapat turun sebesar 40%-50% dari nilai tarif saat ini," kata Tiko.