Dibayangi Tapering Off AS, Investor Diramal Masih Minati IPO Unicorn
Aksi penawaran umum saham perdana ke publik atau initial public offering (IPO) perusahaan rintisan berbasis teknologi pada 2022 dinilai masih akan memiliki prospek yang baik dan ditunggu oleh investor, meskipun ada potensi taper tantrum ekonomi global yang mempengaruhi kondisi pasar modal nasional.
Taper tantrum merupakan fenomena gejolak ekonomi yang muncul akibat tapering off atau pengurangan stimulus moneter bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve.
Head of Equity Research Mandiri Sekuritas Adrian Joezer mengatakan tapering off akan menjadi sentimen negatif yang menggerakkan bursa domestik. Namun, proses IPO unicorn masih dapat berjalan lantaran ditunggu pelaku pasar.
"Dari sisi supply sangat kurang. Perusahaan teknologi (yang sudah IPO) di pasar negara berkembang itu 21% (dari total emiten)," kta Adrian dalam acara peluncuran Whitepaper oleh Mandiri Group, Selasa (7/12).
Adrian mengatakan pelaku pasar sangat antusias menunggu kehadiran perusahaan teknologi menjadi perusahaan terbuka. Menurutnya, investor lokal telah mengerti risiko dan peluang saat berinvestasi pada perusahaan teknologi.
Menurut Adrian, IPO perusahaan teknologi akan tetap menarik selama memiliki target kapitalisasi yang besar dan profitabilitas yang cukup. Hal itu terbukti dari partisipasi investor lokal dalam IPO PT Bukalapak.com (BUKA) pada Agustus 2021.
Adrian berpendapat, IPO BUKA membuka jalan bagi perusahaan rintisan lain untuk mendapatkan dana segar dari bursa. Selain IPO BUKA, Adrian mengatakan pertumbuhan perusahaan teknologi dilihat dari terserapnya sebagian pangsa pasar perusahaan ritel konvensional.
Presiden Direktur BUKA Rachmat Kaimudin berharap agar perusahaan rintisan teknologi lain dapat melantai. Menurutnya, penurunan harga BUKA pasca-IPO tidak terlalu relevan.
"(Pasalnya,) masing-masing (perusahaan teknologi) punya kemampuan sendiri dan ini (IPO) bisa mengedukasi market," kata Rachmat.
IPO GoTo Ditunggu Pelaku Pasar
Salah satu unicorn yang ditunggu pelaku pasar modal ialah GoTo. Grup bisnis ini membawahi tiga sub holding, di antaranya Gojek, GoTo Financial dan Tokopedia.
Aksi IPO GoTo tampaknya segera terwujud, seiring terbitnya aturan saham hak suara multipel atau multiple voting share (MVS) yang diterbitkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hari ini. Beleid tercantum dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 22/POJK.04/2021 tentang Penerapan Klasifikasi Saham Dengan Hak Suara Multipel oleh Emiten dengan Inovasi dan Tingkat Pertumbuhan Tinggi yang Melakukan Penawaran Umum Efek Bersifat Ekuitas Berupa Saham.
Co Founder Jarvis Asset Management Kartika Sutandi mengatakan IPO GoTo akan lebih kompleks dari BUKA. Pasalnya, proses IPO perusahaan ini akan menggunakan konsep multiple share, sedangkan proses IPO BUKA dinilai lebih mudah.
Kartika menilai IPO GoTo akan lebih diminati investor dibandingkan saat Bukalapak. Menurutnya, hal itu disebabkan GoTo lebih familiar dan memiliki pangsa pasar yang lebih besar.
Menurutnya, investor akan melakukan aksi jual terhadap saham BUKA pada 2022. Sementara itu, investor akan menyerbu saham IPO GoTo.
"(Ada Anggota) DPR ngomong begitu (hal yang sama). Berarti itu persepsi dari masyarakat secara keseluruhan," ucap Kartika kepada Katadata, Selasa (7/12).
Di sisi lain, Kartika akan memperhatikan besaran harga maupun target dana segar ayng diincar GoTo dari proses IPO itu. Menurutnya, itu penting lantaran dana investor ritel cenderung likuid.
Oleh karena itu, Kartika meramalkan mayoritas peserta IPO GoTo akan didominasi oleh investor institusional.