Apexindo Kantongi Laba setelah Terpuruk Tahun Lalu, Ini Tiga Pemicunya

Andi M. Arief
8 Desember 2021, 19:35
Apexindo
KATADATA
Ilustrasi pengeboran minyak lepas pantai.

Emiten pengeboran minyak dan gas, PT Apexindo Pratama Duta Tbk mengantongi laba bersih US$ 3,1 juta atau setara Rp 44,4 miliar (Asumsi kurs Rp 14.332/US$) sampai kuartal III 2021, dari semula mengalami rugi bersih US$ 14,2 juta atau sekitar Rp 203,5 miliar. Selanjutnya, perseroan memperkirakan laba akan tumbuh positif pada 2022. 

Berdasarkan paparan Apexindo, laba kotor pada Januari-September 2021 tumbuh 114% atau dua kali lipat lebih menjadi US$ 15 juta dari capaian periode yang sama tahun lalu senilai US$ 7 juta. Pertumbuhan itu berhasil dicapai walaupun pendapatan tercatat turun 10,63% dari US$ 47 juta menjadi US$ 42 juta hingga kuartal III-2021. 

"Ini berjalan seiring dengan (peningkatan) EBITDA (pendapatan sebelum bunga, pajak, penyusutan, dan amortisasi) pada tahun lalu yang lebih tinggi," kata Corporate Secretary Apexindo Pratama Duta Frieda Salvatina pada paparan publik perseroan, Rabu (8/12). 

EBITDA emiten berkode saham APEX ini tercatat naik  66,66% secara tahunan pada Januari-September 2021 menjadi US$ 15 juta dari US$  9 juta. Sementara itu, margin EBITDA perseroan tumbuh dari 20% menjadi 35%. 

General Manager of Corporate Finance dan Investor Relation Apexindo Pretycia Darma  menjelaskan hal itu disebabkan oleh tiga strategi yang dijalankan perseroan. Pertama, adanya pendapatan dari bisnis selain pengeboran migas, yakni mobilisasi dan penyewaan peralatan perseroan. Pendapatan dari bisnis lain ini tercatat tumbuh sebesar 70%. 

EBITDA yang didapat dari bisnis lain terbilang besar lantaran biaya yang dikeluarkan cukup minim. Alhasil, margin EBITDA perseroan juga terangkat. Namun, Pretycia belum dapat memastikan bahwa perseroan akan meningkatkan pendapatan dari bisnis non-utama ini atau tidak. Pasalnya, salah satu pendorong pertumbuhan bisnis lain perseroan adalah permintaan klien perseroan terkait penyewaan peralatan perseroan. 

Kedua, efisiensi biaya operasional yang ketat sepanjang 2021. Salah satu strategi yang diterapkan adalah menurunkan biaya operasi pada rig perseroan yang tidak bekerja dan melakukan efisiensi pada rig yang masih bekerja. 

"Tapi, kami tetap mementingkan kesejahteraan karyawan dan aspek keselamatan karyawan kami," kata Pretycia. 

Ketiga, kenaikan nilai kontrak yang didapatkan perseroan pada tahun ini. Sebagai informasi, perseroan baru mendapatkan kontrak baru pada April-September 2021, sedangkan kontrak pekerjaan sebelumnya berakhir pada April-September 2020. 

Halaman:
Reporter: Andi M. Arief
Editor: Lavinda
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...