Apa Saja Dampak Positif dan Negatif Perkebunan Kelapa Sawit? Ini Penjelasannya
Apa dampak positif dan negatif perkebunan kelapa sawit? Pembahasan tentang kelapa sawit ramai diperbincangkan setelah Presiden Subianto mengusulkan agar lahan kelapa sawit di Indonesia diperluas.
Penanaman kelapa sawit diusulkan oleh Prabowo dalam pidato Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029 pada 30 Desember 2024. Pernyataan Presiden Prabowo Subianto menimbulkan kekhawatiran di kalangan aktivis lingkungan, karena dapat memperburuk deforestasi dan memperpanjang konflik agraria.
Apa itu Kelapa Sawit?
Kelapa sawit adalah salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peran penting di Indonesia. Bagi masyarakat pedesaan, usaha perkebunan kelapa sawit menjadi pilihan alternatif untuk meningkatkan perekonomian keluarga, sehingga minat masyarakat terhadap pengembangan sektor perkebunan tetap tinggi.
Kelapa sawit adalah tanaman yang termasuk dalam genus Elaeis dan ordo Arecaceae. Tumbuhan ini banyak dimanfaatkan dalam sektor pertanian komersial untuk menghasilkan minyak sawit.
Genus Elaeis terdiri dari dua spesies. Elaeis guineensis adalah spesies kelapa sawit yang paling banyak dibudidayakan di seluruh dunia, khususnya di Indonesia, dan merupakan sumber utama minyak kelapa sawit global. Sementara itu, Elaeis oleifera berasal dari daerah tropis Amerika Selatan dan Tengah, yang digunakan secara lokal untuk memproduksi minyak.
Kelapa sawit merupakan tanaman industri yang menjadi bahan baku untuk minyak goreng, minyak industri, dan bahan bakar. Penyebaran kelapa sawit di Indonesia meliputi daerah-daerah seperti Aceh, pantai timur Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Beberapa spesies kelapa sawit yang ada antara lain E. guineensis Jacq., E. oleifera, dan E. odora.
Kelapa sawit diklasifikasikan berdasarkan dua karakteristik utama: ketebalan endokarp dan warna buah. Berdasarkan ketebalan endokarp, ada tiga varietas kelapa sawit yaitu Dura, Pisifera, dan Tenera.
Sementara itu, berdasarkan warna buahnya, ada tiga varietas, yaitu Nigrescens, Virescens, dan Albescens. Secara umum, kelapa sawit memiliki beberapa bagian, yaitu akar, batang, daun, bunga, dan buah, dan yang diolah menjadi minyak adalah buahnya.
Dampak Positif dan Negatif Perkebunan Kelapa Sawit
Perkebunan kelapa sawit dapat memberikan manfaat bagi lingkungan apabila para petani menerapkan praktik manajemen yang baik dan menjalankan program konservasi secara efektif. Berikut dampak negatif perkebunan kelapa sawit dan dampak positifnya:
1. Dampak Positif Perkebunan Kelapa Sawit
• Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
• Membuka peluang pekerjaan
• Mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan
• Kelapa sawit adalah sumber minyak yang paling efisien di dunia
• Dalam satu siklus produksi, industri kelapa sawit dapat memberikan pendapatan yang berkelanjutan selama 25 tahun
2. Dampak Negatif Perkebunan Kelapa Sawit
• Deforestasi dan kerusakan habitat alami
• Penurunan kualitas tanah
• Penurunan kemampuan tanah dalam menyerap air hujan
• Kehilangan atau punahnya berbagai jenis tanaman
• Hilangnya spesies binatang dan mikroorganisme yang berperan dalam menjaga keseimbangan ekosistem
• Pembukaan lahan yang luas dapat mengubah iklim mikro dan berpotensi mempengaruhi perubahan iklim global
• Pembukaan lahan perkebunan dalam skala besar dapat menyebabkan banjir yang terjadi secara terus-menerus
Indonesia menjadi produsen utama minyak sawit dunia, menyumbang 59% dari total produksi global. Berikut beberapa informasi terkait perkebunan kelapa sawit di Indonesia:
• Pada tahun 2022, Indonesia menghasilkan 46,82 juta ton minyak kelapa sawit.
• Pada tahun 2018, Indonesia memproduksi 40,57 juta ton minyak kelapa sawit dan 8,11 juta ton minyak inti sawit.
• Pada tahun 2019, sebagian besar perkebunan kelapa sawit di Indonesia dikuasai oleh perusahaan besar swasta (PBS), dengan persentase mencapai 54,94%.
• Provinsi Riau tercatat memiliki perkebunan kelapa sawit terluas di Indonesia.
Benarkah Kelapa Sawit Tidak Sebabkan Deforestasi?
Di tengah perbincangan dampak positif dan negatif perkebunan kelapa sawit, benarkah sawit tidak menimbulkan deforestasi? Beberapa aktivis lingkungan mencoba untuk mengoreksi pernyataan Prabowo terkait kelapa sawit dan deforestasi.
Direktur Sawit Watch, Achmad Surambo, tidak setuju dengan argumen bahwa kemampuan pohon sawit dalam menyerap karbon bisa dijadikan alasan untuk melakukan deforestasi demi memperluas perkebunan.
Menurutnya, hutan memiliki keanekaragaman hayati yang lebih efektif dalam menyerap karbon dibandingkan dengan perkebunan monokultural seperti kelapa sawit. Oleh karena itu, membuka hutan untuk menanam kelapa sawit justru akan memperburuk kondisi lingkungan.
Selain itu, kelapa sawit bukanlah tanaman hutan berdasarkan Peraturan Menteri LHK P.23/2021 dan Undang-Undang Cipta Kerja. Kelapa sawit dapat menyerap karbondioksida di lahan-lahan kritis.
Sebuah studi yang dilakukan oleh koalisi masyarakat sipil menyarankan agar luas lahan kelapa sawit dibatasi hingga maksimal 18,15 juta hektare untuk mengurangi dampak ekologis yang ditimbulkan.
Surambo menyatakan bahwa luas lahan kelapa sawit saat ini hampir mencapai angka tersebut. Studi tersebut juga mengungkapkan bahwa perkebunan kelapa sawit di Pulau Sumatra dan Kalimantan sudah melebihi batas yang disarankan.
Pada tahun 2024, luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia tercatat mencapai 17,3 juta hektare, hampir 1,5 kali luas Pulau Jawa. Data ini merupakan hasil pembaruan peta tutupan kelapa sawit nasional yang dilakukan oleh Badan Informasi dan Geospasial (BIG) bekerja sama dengan Kementerian Pertanian pada tahun 2023.
Itulah dampak positif dan negatif perkebunan kelapa sawit. Perlu diingat bahwa pembukaan lahan dalam skala besar dapat memengaruhi iklim mikro, berpotensi menyebabkan perubahan iklim global, dan meningkatkan risiko banjir.