10 Fakta Amoeba Pemakan Otak, Penyakit Langka dengan Risiko Kematian
Kasus amoeba pemakan otak manusia atau Naegleria fowleri menelan korban jiwa pertama kalinya di Korea Selatan. Seorang pria berusia 50 tahun terpapar infeksi setelah berpergian selama empat bulan ke Thailand.
Mengutip Korea Times, Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA) melaporkan kasus kematian tersebut pada Senin (26/12). Setelah mengumumkan kasus ini, otoritas kesehatan melakukan tes lebih lanjutdan memastikan pasien meninggal karena infeksi Naegleria fowleri.
Protozoa ini pertama kali ditemukan pada 1965 oleh ahli patologi Australia Malcom Fowle. Hingga kini, total terdapat 381 kasus infeksi Naegleria fowleri yang telah diidentifikasi di seluruh dunia pada tahun 2018 hingga 2020.
Pakar mikrobiologi lokal mengatakan warga Korea Selatan tidak perlu terlalu khawatir dengan kasus amoeba pemakan otak pertama karena parasit tersebut tidak mungkin ada di negara tersebut. Namun, mereka memperingatkan bahwa jumlah kasus di seluruh dunia meningkat.
Shin Ho-joon, seorang ahli mikrobiologi di Universitas Ajou mengatakan begitu seorang pasien terinfeksi Naegleria fowleri., kemungkinan untuk bertahan hidup sangat rendah karena penyakit ini berkembang pesat.
Centers for Disease Control and Prevention atau Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat mengkategorikan sebagai penyakit langka. Di Amerika, kasus amoeba pemakan otak ini menjangkit 156 orang kurun 1962 hingga 2021.
CDC memberikan pemaparan seputar amoeba pemakan otak ini. Berikut fakta-fakta tentang penyakit tersebut:
1. Ditemukan di air tawar
Amoeba Naegleria fowleri merupakan organisme hidup bersel tunggal yang biasanya ditemukan di air tawar yang hangat (seperti danau, sungai, dan mata air panas) dan tanah. Hanya satu spesies Naegleria yang menginfeksi manusia yakni jenis Naegleria fowleri.
2. Masuk lewat hidung
Naegleria fowleri menginfeksi manusia ketika air yang mengandung amoeba masuk lewat hidung. Biasanya orang terpapar amoeba pemakan otak ini saat berenang, menyelam, atau memasukkan kepala ke air tawar, seperti di danau dan sungai.
Infeksi juga dapat terjadi ketika orang menggunakan air keran yang terkontaminasi Naegleria fowleri untuk membersihkan hidungnya.
Kontaminasi Naegleria fowleri juga bisa dari tempat rekreasi seperti kolam renang, tempat bermain air, atau taman selancar. Tempat rekreasi menjadi perkembangbiakan amoeba pemakan otak bila tak mengandung klorin yang cukup.
3. Berakibat fatal
Amoeba Naegleria fowleri yang sudah masuk ke hidung, lalu berjalan ke dalam otak. Amoeba lalu menghancurkan jaringan otak dan menyebabkan infeksi yang menghancurkan otak yang disebut meningoensefalitis amebik primer (PAM). Akibat PAM hampir selalu berakibat fatal dan menyebabkan kematian.
Namun, kandungan air yang terkontaminasi amoeba Naegleria fowleri tidak berbahaya bila diminum.
4. Hidup di suhu air yang hangat
Naegleria fowleri merupakan organisme yang menyukai panas (termofilik). Mereka tumbuh subur dalam panas dan menyukai air hangat. Peneliti memperkirakan amoeba ini paling baik hidup pada suhu tinggi hingga 115°F (46°C) dan dapat bertahan dalam waktu singkat pada suhu yang lebih tinggi. Para ilmuwan juga menemukan ada kemungkinan amoeba dapat hidup di air dengan suhu di bawah 80°F.
5. Bukan penyakit menular
Infeksi Naegleria fowleri tidak dapat menyebar dari satu orang ke orang lain.
6. Penyakit langka
Infeksi Naegleria fowleri jarang terjadi, penyakit ini masuk kategori langka. Di Amerika Serikat, selama periode 2012 hingga 2021 terdapat 31 infeksi dilaporkan di Amerika Serikat. Adapun kasus amoeba pemakan otak ini menjangkit 156 orang kurun 1962 hingga 2021.
CDC mendefinisikan penyakit langka sebagai penyakit yang menyerang kurang dari 200.000 orang di Amerika Serikat.
7. Gejala infeksi Naegleria fowleri
Naegleria fowleri menyebabkan PAM, infeksi otak yang menghancurkan jaringan otak. Pada tahap awal, gejala PAM mungkin mirip dengan gejala meningitis.
Gejala pertama PAM biasanya dimulai sekitar 5 hari setelah infeksi, atau bisa juga dimulai dalam periode 1 hingga 12 hari.
Gejala umumnya sakit kepala, demam, mual, atau muntah. Gejala selanjutnya bisa berupa leher kaku, kebingungan, kurang kesadaran terhadap orang dan lingkungan sekitar, kejang, halusinasi, dan koma.
Penyakit berkembang pesat dan biasanya menyebabkan kematian dalam waktu kurun 1 sampai 18 hari.
8. Jaringan otak rusak
Infeksi Naegleria fowleri ini menghancurkan jaringan otak, menyebabkan pembengkakan otak dan kematian.
9. Tingginya risiko kematian
Rata-rata tingkat kematian akibat amoeba pemakan otak ini mencapai lebih dari 97%. CDC mencatat hanya empat orang yang selamat dari 154 orang yang diketahui terinfeksi amoeba pemakan otak ini di Amerika Serikat selama kurun 1962 hingga 2021.
10. Pengobatan
CDC masih mempelajari obat terbaik untuk mengobati infeksi ini. Saat ini, PAM diobati dengan kombinasi obat-obatan, seperti amfoterisin B, azitromisin, flukonazol, rifampisin, miltefosin, dan deksametason.
Obat ini digunakan karena dianggap efektif melawan Naegleria fowleri dan telah digunakan untuk mengobati pasien yang selamat. Penelitian terbaru obat Miltefosin terbukti membunuh Naegleria fowleri di laboratorium dan telah digunakan untuk merawat tiga orang yang selamat.