PMI Manufaktur RI November Anjlok Meski Bertahan di Zona Ekspansif
Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia berada di level 53,9 pada November 2021, jauh lebih rendah dibandingkan yang tercatat di bulan Oktober 2021 yakni 57,2.
Kendati melemah, PMI Indonesia di November masih memperpanjang tren level di atas 50, atau zona ekspansif, selama tiga bulan terakhir. Tahap ekspansif sektor manufaktur ditandai oleh angka PMI yang berada di atas 50.
Sebagai informasi, PMI Manufafktur Indonesia di bulan Oktober 2021 (57,2) adalah yang tertinggi dalam sejarah. Rekor terbaru sebelumnya adalah 55,3 pada bulan Mei 2021.
Dalam laporannya, IHS Markit mengatakan pemulihan sektor manufaktur di Indonesia masih berlanjut seiring dengan penurunan kasus Covid-19, terutama varian Delta.
Sebagai informasi, Indonesia melaporkan kasus tambahan Covid-19 sebanyak 297 pada Selasa (30/11). Angka tersebut jauh lebih kecil dibandingkan saat Indonesia memasuki puncak gelombang II di Juli saat varian Delta menyebar, yakni sekitar 50 ribu kasus per hari.
Pertumbuhan permintaan dan output produksi memang tercatat lebih rendah dibandingkan di Oktober tetapi masih dalam fase yang sangat kuat.
"Hal ini berdampak pada naiknya kembali aktivitas penjualan. Sementara itu, perusahaan melaporkan kenaikan yang tentatif dari segi pekerjaan dan persediaan," tutur IHS Markit, dalam keterangannya, Rabu (1/12).
IHS Markit juga mencatat tekanan akibat kenaikan harga meningkat tajam yang membuat inflasi rata-rata biaya input melonjak ke level tertingginya dalam delama tahun.
Permintaan luar negeri juga menunjukan penurunan di November dibandingkan bulan sebelumnya. Penurunan permintaan ini disebabkan kurangnya surat permintaan terkait produk serta persediaan.
Kendati demikian, permintaan dan produksi yang meningkat membuat aktivitas pembelian naik. Sebagai akibatnya, persediaan pra-produksi terus menunjukan peningkatan.
Persediaan di tahap pasca produksi juga menunjukan kenaikan untuk pertama kalinya sejak Agustus kendati dalam jumlah yang kecil.
Survey terhadap responden menyoroti adanya keterlambatan pengapalan dan naiknya output porduksi. Juga, terus meningkatnya permintaan baru yang akan membuat sektor manufaktur terus tumbuh ke depan.
Hal ini juga akan menandai kenaikan aktivitas penjualan ke depan di tengah membaiknya permintaan serta melonjaknya inflasi.
"Momentum pertumbuhan di sektor manufaktur Indonesia di November menurun dibandingkan dengan Oktober tetapi masih kuat. Ini menunjukan pemuliha nberkelanjuutan seiring menurunnya kasus Covid-19 varian Delta," tutur Jingyi Pan, Economics Associate Director di IHS Markit.
Jingyi Pan juga mengatakan kapasitas tenaga kerja yang meningkat serta naiknyaaktivitas pembelian merupakan sinyak positif bagi perkembangan manufaktur Indonesia ke depan.
Dia menambahkan kendala pasokan masih berdampak di kawasan ASEAN yang memperpanjang waktu tunggu serta mengakibatkan tekanan pada harga.
Namun, dengan waktu tunggu pengiriman barang yang semakin pendek di November maka pemulihan di sektor manufaktur semakin menunjukan tanda-tanda yang membaik menjelang akhir tahun.
PMI Indonesia sempat berada di bawah level 50 sepanjang Maret 2020 hingga Oktober 2020, kecuali pada bulan Agustus 2020 di mana PMI sempat menyentuh level 50,8.
PMI Indonesia bahkan menyentuh level terendah sepanjang sejarah pada April 2020 dengan angka hanya mencapai 27,50 poin.
PMI Mulai membaik menjelang awal tahun 2021 dan bahkan mencapai rekor baru di Mei tahun ini di level 55,3.
Namun, PMI Indonesia turun ke level 53,50 di bulan Juni 2021 karena lonjakan kasus Covid-19 akibat varian Delta.
PMI terkontraksi pada dua bulan setelahnya di Juli sebesar 40,1. dan 43,7 di bulan Agustus. PMI kembali ke level ekspansif pada September setelah adanya sejumlah pelonggaran.