Pemerintah Tawarkan Kemudahan Investasi ke Perusahaan Kakap Cina

Muchamad Nafi
17 Juni 2016, 15:05
Kereta Cina
Arief Kamaludin | Katadata

Siang ini adalah hari terakhir lawatan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Franky Sibarani ke Cina. Setelah ke Qingdao, Hangzhou, di bertemua dengan sepuluh perusahaan besar di Shanghai.

Menurut Franky, perusahaan-perusahaan besar itu terdiri dari beberapa sektor yakni farmasi, pembangkit listrik, industri pemanis buatan, otomotif, dan perbankan. Kepada mereka, dia menyampaikan perkembangan terkini mengenai peraturan dan potensi investasi di Indonesia. (Baca: Datangi Kantor Bank Dunia, BKPM Promosi Deregulasi Kemudahan Bisnis). 

Advertisement

Misalnya, dalam industri farmasi, dengan keluarnya Peraturan Presiden Nomor 44 tahun 2016, regulasi di sektor ini lebih terbuka untuk investor asing. Aturan sebelumnya menyatakan bahan baku farmasi maksimal 85 persen asing. Kini terbuka hingga 100 persen. Hal itu diharapkan mempermudah investor untuk masuk dan menanamkan modalnya.

Sejumlah kemudahan berinvestasi memang ditawarkan pemerintah sejak akhir tahun lalu. Selain melalui revisi daftar negatif investasi, Pemerintahan Joko Widodo juga melakukan deregulasi, misalnya melalui program izin tiga jam. Hingga akhir Mei lalu, program ini  yang berlaku sejak Januari lalu telah digunakan oleh 56 investor. Franky Sibarani mengatakan nilainya mencapai Rp 132 triliun.

Franky Sibarani
Franky Sibarani
(Arief Kamaludin|KATADATA)

Investor asal Singapura tercatat sebagai pengguna layanan izin investasi tiga jam terbanyak, yakni 12 perusahaan. Modal yang ditanamkan perusahaan-perusahaan itu Rp 23 triliun. Adapun investor asal Cina yang menggunakan fasilitas ini sebanyak enam perusahaan senilai Rp 40 triliun. Ada juga Penanaman Modal Dalam Negeri sebanyak empat perusahaan. (Baca: Izin Investasi Tol dan Pelabuhan Bisa Beres dalam Tiga Jam).

Sukses inilah yang kemudian menjadi bekal Franky dalam lawatan tadi. Karena itu, pertemuan dengan pengusaha Shanghai memiliki arti strategis mengingat kota tersebut sebagai pusat bisnis Cina. “Sekarang kami bertemu dengan perusahaan dengan skala besar. Nilai investasinya cukup signifikan,” kata Franky dalam pernyataan resminya, Jumat, 17 Juni 2016..

Perusahaan yang diagendakan bertemu, di antaranya, adalah perusahaan pembangkit listrik Tiongkok yang telah memiliki join venture dengan PT Pembangkit Jawa Bali untuk membangun pembangkit listrik berkapasitas 2 x 1.000 MW. Peruahaan ini juga membentuk join venture dengan swasta nasional untuk mendirikan pembangkit listrik berkapasitas 2 x 300 MW.

Dalam proyek tersebut, total investasi mereka mencapai US$ 2,7 miliar, sekitar Rp 37,4 triliun. Keduanya merupakan bagian proyek pembangunan pembangkit listrik 35.000 megawatt. 

Sebelumnya, di Qingdao, Hangzhou, Franky menyampaikan hal serupa dihadapan 250 pengusaha dan calon investor potensial dari Tiongkok. Cina telah menjadi salah satu sumber investasi utama bagi Indonesia. Pada 2010, investasi Ngeri Panda mencapai US$ 2,6 miliar. Dana itu tersebar di sektor infrastruktur, industri logam, mesin, dan elektronik. (Baca:Kalla: Lapor Saya Kalau Izin Investasi Tiga Jam Molor).

Dari 2010 hingga kini, sudah US$ 52,3 miliar komitmen investasi asal Tiongkok yang terdaftar di BKPM. Adapun dalam triwulan pertama 2016, realisasi dari Cina mencapai US$ 464 juta, terdiri dari 339 proyek dan menyerap tenaga kerja 10.167 tenaga kerja. Posisi Tiongkok tersebut berada di peringkat keempat setelah Singapura, Jepang dan Hong Kong.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement