Tiga Strategi agar Indonesia Menjadi Pemain Utama Industri Baterai

Egy Adhitama
Oleh Egy Adhitama
15 Oktober 2021, 09:00
Egy Adhitama
Ilustrator: Joshua Siringo Ringo | Katadata
Ilustrasi baterai

Indonesia berambisi menjadi pemain nomor satu baterai kendaraan listrik di tingkat global. Ambisi ini disampaikan oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Tohir dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang melihat potensi Indonesia sebagai negara dengan cadangan dan produksi nikel, salah satu bahan baku pembuatan baterai, terbesar di dunia.

Selain itu, pasar kendaraan listrik diprediksi meledak dalam 10 tahun ke depan dengan kisaran penjualan sebesar 145 juta unit. Tahun lalu saja naik 41 % dibandingkan tahun sebelumnya, dengan tambahan produksi tiga juta kendaraan listrik.

Advertisement

Tren dan potensi yang besar ini bahkan menjadikan perusahaan besar seperti Ford dan General Motor berkomitmen untuk meninggalkan kendaraan berbasis bahan bakar dan berpindah ke kendaraan listrik sepenuhnya pada tahun 2035. Sementara itu, baterai adalah kunci industri kendaraan listrik karena merupakan komponen paling mahal, 30 % dari biaya produksi.

Ambisi besar Indonesia ini ditandai dengan kesiapan Indonesia untuk bermitra dengan Cina dan Korea Selatan. Kedua negara ini adalah pemain utama di industri baterai di kancah global. Cina, selain memiliki bahan baku yang melimpah, mereka mempunyai teknologi dan pasar yang sangat besar. Saat ini mereka menguasai 80 % produksi bahan baku dan 60 % manufaktur komponen baterai global pada 2020.

Korea Selatan menyusul di posisi kedua dengan menguasai sepertiga dari pasar global dalam lima bulan pertama tahun ini. Di belakang kedua negara tersebut adalah Amerika Serikat, Jerman, dan negara-negara Eropa lain.

Melihat posisi industri baterai Indonesia saat ini, Indonesia masih jauh untuk menjadi seorang pemain utama di tingkat global. Kami melihat Indonesia perlu melakukan tiga strategi di bawah ini untuk memastikannya bukan hanya sekadar pemain tambahan bagi Cina dan Korea Selatan.

Pertama, Indonesia harus menentukan fokus jenis baterai yang ingin dikembangkan. Ada beberapa jenis teknologi baterai yang sudah matang seperti Li-ion battery yang rencananya akan diproduksi di Karawang, atau teknologi yang tergolong baru seperti all-solid-state battery, zinc-ion battery, dan sodium-ion battery.

Ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan dalam menentukan fokus jenis baterai seperti kerapatan energi, biaya produksi, dan aspek keamanan. Untuk kendaraan listrik, baterai dengan kerapatan energi yang tinggi adalah pilihan yang paling tepat.

Baterai lithium berbasis nikel memenuhi kriteria ini dan diprediksi akan menjadi primadona dalam jangka waktu beberapa tahun mendatang. Maka dari itu, pemerintah Indonesia harus sigap membaca peluang dan tantangan.

Penentuan fokus jenis baterai ini penting bila kita melihat sejarah kesuksesan dua perusahaan dari Cina yaitu Contemporary Amperex Technology Ltd (CATL) dan Build Your Dreams Co. Ltd (BYD) selama 10 tahun terakhir. Kedua perusahaan ini bergerak cepat mematangkan baterai lithium-iron-phosphate (LFP) yang kini menjadi raja di kendaraan listrik. Strategi yang tepat menjadikan kedua perusahaan tersebut tidak hanya memimpin di antara produsen baterai di Cina, tapi juga di antara pemain baterai global yang sudah mapan.

Kedua, penguatan aspek riset dan pengembangan. Kunci CATL menjadi industri terdepan sebagai pemasok baterai adalah aktivitas riset yang sangat kuat dengan alokasi dana riset yang sangat besar. Sebagai contoh, CATL akan menginvestasikan Rp 7 triliun untuk membangun pusat riset dan pengembangan baru. Mereka sadar bahwa sumber daya manusia yang terampil adalah kunci.

Menilik ke belakang saat awal-awal CATL didirikan, susunan internal tim terdiri dari peneliti bergelar PhD yang memiliki pengalaman di perusahaan besar Jepang dan Amerika Serikat. Kini, CATL memiliki 30.000 tenaga kerja terampil, dengan sekitar 5.400 karyawan yang berfokus pada riset, termasuk 143 peneliti dengan gelar PhD dengan hasil 2.000 paten hingga tahun 2019.

Halaman:
Egy Adhitama
Egy Adhitama
PhD researcher at MEET Battery Research Center, University of Münster
Artikel ini terbit pertama kali di:

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke [email protected] disertai dengan CV ringkas dan foto diri.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement