Potensi Cuan dan Risiko Investasi dari Harga Tinggi Bitcoin
- Harga bitcoin terus memecahkan rekor tertinggi sejak akhir 2020.
- Dengan jumlah terbatas, harga bitcoin masih bisa naik lebih tinggi.
- Investor harus mewaspadai risiko bubble
Harga bitcoin terus merangkak naik sejak akhir 2020 lalu hingga mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah. Namun seperti halnya instrumen investasi lain, ada risiko yang harus diwaspadai di tengah fenomena cuan mata uang kripto ini.
Berdasarkan data dari Coindesk, pada hari ini (8/1), harga bitcoin di perdagangan mencapai US$ 38.622 atau Rp 544 juta per koin. "Sekarang 2 BTC sudah setara Rp 1 miliar," kata CEO Indodax Oscar Darmawan.
Harga bitcoin itu melonjak hingga 400% secara tahunan (yoy). Namun Oscar mengatakan, lonjakan itu baru terjadi sejak akhir 2020 hingga awal 2021 yang terus mencapai rekor-rekor baru.
Menurutnya, lonjakan harga bitcoin disebabkan semakin tingginya minat masyarakat dalam berinvestasi pada cryptocurrency. Sebagian masyarakat percaya bitcoin sebagai aset safe haven dan nilai lindung inflasi yang baik.
Ia mengatakan, bitcoin merupakan aset yang dianggap menarik karena memiliki pasokan terbatas. Bitcoin hanya diciptakan 21 juta keping saja. Saat ini yang sudah berhasil ditambang sekitar 18,5 juta keping. "Jika suplai atau pasokan aset tersebut terbatas dan permintaannya terus meningkat, harganya akan terus naik," kata Oscar.
Bitcoin juga dapat dilacak peredaran maupun suplainya karena menggunakan teknologi blockchain. Teknologi ini membuat bitcoin dengan mudah dapat dipindahkan kemana saja selama ada akses internet.
Selain itu, bitcoin juga relatif sangat mudah untuk dijual kembali atau sangat liquid dibandingkan aset lain seperti properti. Bitcoin bisa ditransaksikan dengan pecahan desimal hingga yang terkecil setara Rp 10 ribu.
Selain karena tingginya minat masyarakat, alasan lonjakan harga bitcoin juga disebabkan oleh banyaknya pembelian dari perusahaan-perusahaan global seperti Tudor Investment Corp, Square Inc, Microstrategy, dan lain-lain. Perusahaan keuangan Paypal juga menyediakan fitur pembayaran dengan aset kripto.
Di Indonesia, Triv.co.id sebagai platform jual beli Bitcoin menjalin kerja sama dengan Shopeepay, layanan e-wallet dari Shopee. Dengan begitu, pengguna Shopeepay dapat bertransaksi membeli bitcoin di Triv.co.id dan bahkan mendapatkan cashback 30%.
Selain itu, pengguna Triv.co.id juga dapat menjual bitcoinnya untuk masuk ke dalam saldo Shopeepay. "Dengan kerjasama ini customer diharapkan lebih terdorong untuk membeli Bitcoin, terutama dengan naiknya harga bitcoin di tahun ini yang sangat signifikan," kata Gabriel Rey, CEO Triv.co.id.
Sedangkan, perusahaan e-commerce Bukalapak masih pikir-pikir. Sejauh ini, perusahaan sudah membuka layanan investasi seperti emas hingga reksadana.
"Kami monitor terus (cryptocurrency), kalau ke depannya bisa bantu manfaat ekonomi, tidak menutup kemungkinan kami buka layanan itu. Tapi sekarang kan masih early stage," kata President BukaFinancial & Digital Victor Putra Lesmana, Rabu (6/1).
Berikut Databoks kenaikan harga bitcoin:
Potensi Lonjakan Bitcoin
Harga bitcoin kini sedang tinggi. Mungkinkah nilainya naik lebih tinggi lagi? JP Morgan memprediksi harga bitcoin bisa menembus US$ 146.000 atau lebih dari Rp 2 miliar per koin untuk jangka panjang. Kapitalisasi pasar bitcoin pun dinilai bisa meningkat menjadi lebih dari US$ 2,5 triliun atau Rp 34.840 triliun.
Prediksi itu dibuat oleh tim yang dipimpin oleh ahli strategi Nikolaos Panigirtzoglou. Mereka menulis dalam sebuah catatan bahwa bitcoin akan bersaing dengan emas sebagai instrumen investasi.
"Penarikan emas sebagai mata uang 'alternatif' menyiratkan keuntungan besar untuk bitcoin dalam jangka panjang," kata catatan itu dikutip dari Bloomberg pada Senin (4/1) lalu.
Sementara itu, CEO firma penasihat keuangan DeVere Nigel Green memperkirakan harga bitcoin naik 50%-100% pada tahun ini. Hasil survei DeVere pada akhir tahun lalu menunjukkan, 73% responden optimistis terhadap mata uang kripto. Angkanya naik dibandingkan riset tahun lalu yang hanya 68%.
Menakar Risiko Bitcoin
Bagaimanapun, seperti halnya instrumen investasi lain, ada risiko ‘menaruh uang’ di bursa mata uang kripto. Analis Central Capital Futures Wahyu Laksono mengatakan, lonjakan harga yang terjadi bisa menjadi senjata makan tuan.
Kenaikan harga bitcoin dan besarnya minat masyarakat bisa menarik perhatian pemerintah dan regulator global. “Akibatnya, akan ada regulasi yang lebih keras dan meluas di bursa bitcoin, itu akan menekan harganya, " kata Wahyu.
Selain itu, ada potensi bubble atau gelembung yang pecah. Ia mengingatkan, kejadian serupa sebenarnya pernah terjadi pada akhir 2017 hingga 2018 lalu. Kala itu, harga bitcoin merosot setelah mencapai rekor tertingginya.
Pada Desember 2017, nilai bitcoin setara US$ 19.511 atau sekitar Rp 268,1 juta per koin. Namun sekitar April 2018, nilainya merosot lebih dari 65% menjadi US$ 5.900 per atau sekitar Rp 81,1 juta per koin.
Hal serupa diungkapkan Direktur Solid Gold Berjangka Dikki Soetopo. Menurut dia, fenomena kenaikan nilai tukar bitcoin yang terjadi begitu cepat sekaligus menunjukkan harga bitcoin bisa merosot dengan cepat pula.
Berbeda dengan investasi di pasar saham, di mana otoritas menetapkan auto reject bawah dan atas, bursa cryptocurrency masih serupa rimba. "Ada masalah legalitas, pemerintah tidak bisa ikut campur terhadap naik turunnya nilai bitcoin," kata Dikki.