Target Pertumbuhan Ekonomi Belum Mampu Dorong Sektor Properti

Miftah Ardhian
4 April 2017, 17:11
Pameran Properti
Agung Samosir | KATADATA

Pertumbuhan ekonomi nasional yang ditargetkan sebesar 5,1 persen di Anggaran Pendapatan Belanja Negara (2017) dinilai belum cukup untuk mengembalikan kejayaan industri properti tanah air. Untuk bisa menggerakkan bisnis properti ke level tertinggi, pertumbuhan ekonomi harus mencapai 7-8 persen.

Senior Associate Director Colliers International Ferry Salanto memprediksi geliat bisnis sektor properti tahun ini mulai membaik. Namun, pertumbuhannya tidak akan signifikan. Sepanjang kuartal I-2017, belum ada indikator yang bisa mendorong pertumbuhan industri properti. Apalagi pertumbuhan ekonomi tahun ini diramalkan hanya sekitar 5,1-5,2 persen.

"5,2 persen tidak cukup, butuh pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi untuk meningkatkan demand (permintaan). Tapi, paling tidak ini bisa menjadi momentum sektor ini mulai bergerak," ujar Ferry dalam konferensi pers, di Mercantile Athletic Club World Trade Center I, Jakarta, Selasa (4/4). (Baca: Survei: 45 Persen Masyarakat Indonesia Tidak Siap Beli Properti)

Meski begitu, dia masih melihat adanya rasa optimistis para pengembang properti menyambut tahun 2017. Hal ini tercermin dari kajian yang dilakukan Colliers terhadap pengusaha properti, terutama  yang tergabung dalam asosiasi Real Estate Indonesia (REI).

Menurut Ferry, REI akan mulai mendorong pengembang yang ada di dalam organisasinya untuk kembali membangun properti, tanpa harus terpaku pada indikator-indikator ekonomi nasional. "Di awal 2017, ada optimisme pelaku properti walaupun tidak tercermin di angka-angka pada kuartal I 2017," ujar Ferry.

Hasil kajian Colliers pada kuartal I tahun ini industri properti di Jakarta masih belum menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Tingkat hunian perkantoran mengalami penuruan, terutama di daerah Central Bussiness Distric (CBD) yang hanya mendekati angka 80 persen. Sementara di luar CBD, tingkat huniannya juga hanya sekitar 82 persen.

Tingkat hunian yang rendah ini membuat harga sewa rata-rata ruang perkantoran terkoreksi hingga 30 persen. Ferry menjelaskan hal ini terjadi karena pasar properti masih belum membaik dan selesainya pembangunan sejumlah gedung perkantoran yang baru. "Jadi supply (pasokan) nambah, tapi demand (permintaan) tidak naik," ujarnya.

Halaman:
    Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

    Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

    Ikuti kami

    Artikel Terkait

    Video Pilihan
    Loading...