Freeport Akan Genjot Penggunaan Biodiesel 30% dalam Operasionalnya
PT Freeport Indonesia (PTFI) terus berupaya untuk melakukan banyak hal dalam mengurangi jumlah emisi karbon di wilayah operasinya. Salah satunya dengan memanfaatkan penggunaan bahan bakar ramah lingkungan, seperti biodiesel, hingga 30% (B30) dalam operasional tambangnya.
B30 merupakan program pemerintah yang mewajibkan campuran 30% Biodiesel dengan 70% bahan bakar minyak jenis Solar.
Direktur Utama Freeport Indonesia Tony Wenas mengatakan PTFI telah menggunakan B30 sebagai bahan bakar untuk kendaraan berat di wilayah operasi. Adapun sejak 2020 hingga 2024 perusahaan akan menggenjot penggunaan B30 dari sekitar 7 juta liter per tahun menjadi lebih dari 100 juta liter per tahun.
"Ini kan sebagian renewable energy. Kami sudah menggunakan biofuel untuk peralatan berat kita di dataran rendah," ujarnya dalam acara 'Indonesia Green Summit 2021' secara virtual, Senin (26/7).
Freeport Indonesia juga membangun Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) yang memakai dual fuel yaitu bahan bakar nabati (biofuel) dan gas. Sehingga hal ini akan sangat membantu dalam mengurangi emisi karbon dari bahan bakar fosil.
Freeport juga melakukan program reklamasi. Dalam 10 tahun terakhir PTFI telah melakukan penanaman pohon kembali dengan luasan lebih dari 2.800 hektare. Sementara hingga semester I 2021 ini pihaknya telah melakukan program penanaman pohon dengan luasan 400 hektare dari target tahun ini sebesar 2.000 hektare.
"Kami juga bekerja sama dengan KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) untuk merehabilitasi hutan di Jayapura yang luasnya 3.800 hektare dan juga apabila dihitung karbonnya akan sangat banyak memberikan kredit karbon," ujarnya.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sebelumnya menyampaikan realisasi penyaluran program mandatori B30 hingga semester I 2021 telah mencapai 4,3 juta kilo liter (KL). Capaian tersebut tercatat 46,7% dari target penyaluran biodiesel yang ditetapkan pada 2021.
Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan program biodiesel ini telah memberikan manfaat ekonomi setara Rp 29,9 triliun. Angka tersebut terdiri dari penghematan devisa sebesar Rp 24,6 triliun dan nilai tambah dari Crude Palm Oil (CPO) menjadi biodiesel sebesar Rp 5,3 Triliun.
Selain itu, implementasi biodiesel juga telah berhasil mengurangi emisi CO2 sebesar 11,4 juta ton CO2e. "Penyediaan dan pemanfaatan B30 telah menempatkan Indonesia pada posisi terdepan di dunia dalam implementasi biodiesel," ujar Dadan.
Pada tahun ini, alokasi biodiesel ditetapkan sebesar 9,2 juta KL. Hal itu didukung oleh 20 Badan Usaha Bahan Bakar Nabati (BU-BBN) yang mengikuti pengadaan FAME dan 20 BU-BBN yang wajib mencampur BBN jenis biodiesel dengan BBM jenis minyak solar.
Rata-rata serapan setiap bulan diperkirakan sebesar 766 ribu KL. Sejak Januari hingga Juni 2021, capaian rerata pemenuhan pemesanan pembelian (purchase order) bulanan mencapai 93.03%, dengan serapan terendah pada Januari dan tertinggi pada Juni 2021.