Dipromosikan Raffi Ahmad dan Ari Lasso, Saham MCAS Dinilai Kemahalan
Harga saham PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) bergerak liar, sempat naik signifikan 9,52% menyentuh harga Rp 4.600 per saham pada Selasa (5/1). Kenaikan signifikan ini sudah terjadi sejak perdagangan hari sebelumnya yang ditutup naik 5,26% menjadi Rp 4.200 per saham.
Saham MCAS diperdagangkan sebanyak 1,72 juta unit saham dengan nilai transaksi totalnya mencapai Rp 7,78 miliar hingga pukul 10.30 WIB. Dengan kenaikan harga saham ini, nilai kapitalisasi pasar MCAS pun saat ini menyentuh Rp 3,94 triliun.
Kenaikan harga saham MCAS menjadi perbincangan hangat di kalangan investor, karena dua selebritas Tanah Air membicarakan saham ini. Raffi Ahmad dan Ari Lasso, keduanya mengatakan tengah berinvestasi di saham MCAS dalam unggahan di Instagram pribadi masing-masing pada Senin (4/1).
Raffi Ahmad mengatakan langkah menginvestasikan uangnya ke saham MCAS merupakan pengalaman pertama kali untuk masuk ke pasar saham. Sejak pertama berinvestasi di saham MCAS sekitar 2-3 pekan lalu, kini harganya sudah naik hingga 20% dan sedang menuju 30%.
"Gila, gokil banget guys. Ini hanya sekedar sharing saja sama kalian semuanya," kata Raffi melalui akun Instagramnya @raffinagita1717, Senin (4/1). Hingga berita ini ditulis, unggahan Raffi tersebut sudah mendapat tanggapan lebih dari 1.100 komentar.
Ia mengatakan sedang beradaptasi dengan keadaan saat ini sehingga harus berjuang dengan cara mempelajari segala hal, termasuk perkembangan informasi dan teknologi. "Jadi semuanya, coba deh kalian telusuri MCAS, ikutan kaya gue, lihat di BEJ, mantab guys," katanya.
Tidak selang lama, Ari Lasso mengunggah video melalui akun Instagramnya @ari_lasso. Video itu dibuka dengan sapaan Ari Lasso, terutama kepada para musisi, pengusaha muda, dan atlet yang saat ini terkena dampak pandemi Covid-19.
"Kita harus menyadari, bahwa tidak selamanya penghasilan kita sama atau meningkat di masa depan seperti ketika kita berada di usia keemasan karir kita," kara Ari Lasso dalam video yang sudah mendapat lebih dari 400 komentar tersebut.
Salah satu langkah yang dilakukan Ari Lasso berjaga-jaga akan adanya penurunan pendapatan di masa depan, dengan berinvestasi secara cerdas. Ia mengaku, salah satu instrumen yang disukai dalam berinvestasi adalah pasar saham.
Ia pun tidak segan mengatakan, saham MCAS merupakan saham yang sangat menarik di tengah pandemi Covid-19. Dalam beberapa bulan terakhir, saham MCAS pun bergerak naik signifikan.
Dalam video berdurasi sekitar 56 detik tersebut, Ari Lasso menegaskan, rekomendasi saham MCAS bukan merupakan kegiatan endorsement. "Saya cuman ingin berbagi kepada teman-teman agar memiliki kesadaran berinvestasi dengan instrumen yang tepat," katanya.
Unggahan kedua selebritas tersebut memang tidak terpaut waktu yang lama. Hanya berselang sekitar satu jam. Hal ini menimbulkan kecurigaan adanya kerja sama endorsement dari pihak MCAS. Namun, hal tersebut ditampik langsung oleh pihak MCAS.
"Pihak kami belum pernah menghubungi atau dihubungi oleh Bapak Ari Lasso dan Bapak Raffi Ahmad dan tidak ada hubungan bisnis," ujar manajemen MCAS yang tidak mau disebutkan namanya, Selasa (5/12).
Harga Saham MCAS Terlalu Mahal
Fenomena saham MCAS yang terdongkrak setelah disebut beberapa artis ini sampai memicu tanggapan dari tokoh investor saham Indonesia Lo Kheng Hong. Apalagi harga saham MCAS dinilai sudah terlalu mahal dibandingkan perusahaan sejenis di Bursa Efek Indonesia.
Lo Kheng Hong membandingkan MCAS dengan PT Panin Financial Tbk (PNLF). Dia mengatakan capaian laba PNLF di kuartal III-2020 mencapai Rp 1,37 triliun dan laba MCAS hanya Rp 17,8 miliar. Namun, harga saham PNLF Rp 262, jauh lebih murah dibandingkan MCAS yang sudah mencapai Rp 4.540.
"Laba PNLF 7.666% lebih besar dari MCAS. (tapi) Karena artis, jadi belinya MCAS," kata Lo Kheng Hong dalam akun instagram lukas_setiaatmaja, Selasa (5/1).
Dalam postingan tersebut, Lukas yang merupakan Founder HungryStock & Akademisi Universitas Prasetiya Mulya juga menambahkan ada perhitungan sederhana yang sering dilupakan investor. Dia menyebutkan perhitungan rasio harga saham terhadap laba perusahaan atau Price to Earning Ratio (PER) dan rasio harga saham terhadap nilai buku perusahaan atau Price to Book Value (PBV).
"Lihat di (data) RTI, PER dan PBV PNLF 4,5 kali dan 0,34 kali. Sedangkan PER dan PBV MCAS 165 kali dan 10,2 kali," ujarnya.
PER merupakan rasio yang menggambarkan harga saham sebuah perusahaan dibandingkan dengan keuntungan atau laba yang dihasilkan perusahaan tersebut (EPS). Analisa PER suatu perusahaan dapat dilakukan dengan cara membandingkan PER dalam industri sejenis. Jika PER lebih kecil dari rata-rata emiten lainnya dalam industri sejenis, maka harga perusahaan dianggap relatif lebih murah.
Sementara PBV digunakan untuk melihat seberapa besar kelipatan dari nilai pasar saham perusahaan dengan nilai bukunya. Misalkan PBV sebesar 2 kali, artinya harga saham sudah sebesar dua kali lipat dibandingkan kekayaan bersih suatu perusahaan.
Dengan kata lain, harga saham tersebut 2 kali lipat lebih mahal dari modal bersihnya. PBV rendah sering dijadikan indikator mencari saham yang murah atau undervalued. Biasanya investor disarankan mencari saham dengan PBV yang lebih rendah dibandingkan rata-rata PBV dalam industri sejenis.
Analis Penyelia Kanaka Hita Solvera Janson Nasrial mengatakan fenomena ini berbahaya, mengingat partisipasi investor ritel domestik di pasar saham Indonesia tengah meningkat. Investor dinilai sangat antusias mengikuti saran selebritas atau tokoh masyarakat yang memiliki kepentingan.
"Yang akan dirugikan adalah ritel investor yang masih sangat awam dan pertama kali terjun di capital market. Minimal, para ritel investor tersebut melek edukasi keuangan perusahaan dulu lah," kata Janson kepada Katadata.co.id.
Hal ini bisa berbahaya karena investor ritel bisa saja tidak melakukan due diligence terhadap laporan keuangan emiten tersebut ataupun melakukan analisis SWOT terhadap bisnis emiten tersebut. Ia pun kurang suka dengan saham-saham kasta kedua meski memiliki fundamental yang bagus tapi produknya di-endorse oleh selebritas.
"Sangat berbahaya tanpa melakukan due diligence tersebut, apalagi sekarang lagi marak saham-saham yang produknya di-endorse oleh selebritas," kata Janson.
Partisipasi investor ritel di pasar saham Tanah Air terlihat dari data Otoritas Jasa Keuangan. Penambahan single investor identification (SID) baru pada 2020 naik 48,82% menjadi 3.697.284 investor per 10 Desember 2020. Mereka ada di saham, obligasi, reksa dana, dan instrumen investasi pasar modal lainnya.
Dari jumlah itu, SID baru saham 488.088 investor, naik 93,4% dari posisi 2019. Saat ini total investor saham sebanyak 1.592.698 SID, atau 44,19% dari investor di pasar modal. Rupanya, dari Rp 3.491 triliun jumlah kepemilikan saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, 50,44% merupakan milik investor ritel domestik. Sedangkan 49,56% sisanya dimiliki oleh investor asing.