Ramalan Tren Harga Minyak Dunia yang Sulit Bergerak Naik

Image title
7 September 2020, 13:18
harga minyak, prediksi harga minyak, opec+, pandemi corona, covid-19
KATADATA
Ilustrasi. Perdagangan harga minyak dunia dibuka anjlok lebih dari 1% pada awal pekan ini, Senin (7/10).

Perdagangan harga minyak dunia dibuka anjlok lebih dari 1% pada awal pekan ini, Senin (7/10). Penurunan terjadi setelah Arab Saudi memutuskan memberi potongan harga minyak untuk pasokan ke Asia.

Mengutip data Bloomberg pada pukul 08.07 WIB, minyak Brent untuk pengiriman November 2020 turun 1,52% menjadi US$ 42,01 per barel. Sementara, minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober nanti turun 1,68% menjadi US$ 29,10 per barel.

Pandemi Covid-19 telah membuat banyak negara menurunkan aktivitas ekonomi sehingga banyak orang beraktivitas di dalam rumah. Konsumsi yang rendah ini membuat pasokan minyak mentah membanjiri dunia.

Organisasi negara-negara pengekspor minyak plus Rusia atau OPEC+ telah memangkas produksi 7,7 juta barel per hari sejak Agustus lalu tapi tetap stoknya berlebih. “Investor sedang menghadapi fakta permintaan lesu, namun persediaan tetap pada tingkat yang tinggi,” tulis hasil analisis ANZ, dilansir dari Reuters.

Arab Saudi memangkas harga penjualan minyak jenis Arab Light pada Oktober 2020 untuk pengiriman ke pasar utamanya, yaitu Asia. Langkah ini menjadi sebuah tanda, eksportir minyak terbesar dunia itu melihat permintaan bahan bahar minyak turun di tengah gejolak virus corona.

Harga Arab Light mendapat diskon sekitar 50 sen di bawah patokan regional. Saudi Aramco, perusahaan minyak dan gas bumi negara tersebut, juga akan memangkas harga untuk minyak lebih ringan ke Eropa barat laut dan kawasan Mediterania. Sebelumnya, Aramco juga memangkas harga minyak untuk pembeli di AS pada April 2020.

Prediksi Harga Minyak

Pemotongan produksi minyak OPEC+ dan pemulihan permintaan di Tiongkok telah membantu kenaikan harga minyak global. Namun, penurunan harganya masih sekitar 35% sepanjang tahun ini. “Pemotongan harga untuk Oktober nanti mungkin membantu mendukung impor yang lebih kuat dari Tiongkok selama beberapa bulan mendatang,” kata Giovanni Staunovo, analis komoditas UBS Group AG.

Forbes menuliskan, ekonomi global sedang tertatih-tatih menuju ke keadaan normal. Harga minyak tak kunjung menunjukkan penguatan. Baik minyak Brent dan WTI terus berada di bawah US$ 50 per barel pada kuartal ketiga tahun ini. Harganya paling parah pada April lalu ketika menyentuh level negatif, seperti terlihat dari grafik Databoks di bawah ini.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...