Cina Kembali Lockdown, Harga Minyak Turun ke Level US$ 95 per Barel
Harga minyak dunia kembali anjlok lebih dari 2% pada perdagangan Kamis pagi ini. Pelemahan harga minyak terus berlanjut di tengah kekhawatiran perlambatan ekonomi global dan pembatasan wilayah yang ketat di Cina untuk mengantipasi penyebaran Covid-19.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober menurun US$ 2,09 atau 2,3% menjadi US$ 89,55 per barel di New York Mercantile Exchange.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober yang berakhir pada Rabu (31/8/2022) merosot US$ 2,82 atau 2,8% menjadi US$ 96,49 per barel di London ICE Futures Exchange. Sedangkan, kontrak November yang lebih aktif tergelincir US$ 2,20 menjadi US$ 95,64 per barel.
Di sisi lain, harga minyak terus tertekan oleh kekhawatiran bahwa perlambatan ekonomi yang disebabkan oleh inflasi akan mengganggu permintaan bahan bakar. "Pelemahan yang datang dari China telah memainkan peran penting dalam menurunkan harga," kata Harry Altham, analis energi untuk EMEA & Asia di StoneX Group di London seperti dikutip Antara.
"Ada kekhawatiran kehancuran permintaan di seluruh Barat karena suku bunga naik dan kekhawatiran inflasi mencengkeram ekonomi Barat."
Badan Informasi Energi AS (EIA) melaporkan pada Rabu (31/8/2022) bahwa persediaan minyak mentah negara itu turun 3,3 juta barel selama pekan yang berakhir 26 Agustus. Analis yang disurvei oleh S&P Global Commodity Insights memperkirakan penurunan 1,9 juta barel dalam pasokan minyak mentah AS.
Menurut EIA, total persediaan bensin motor turun 1,2 juta barel pekan lalu, sementara persediaan bahan bakar sulingan meningkat 0,1 juta barel.
Komite Teknis Gabungan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, bersama-sama disebut OPEC+, mengatakan sekarang memperkirakan surplus minyak tahun ini sebesar 400.000 barel per hari, naik 100.000 barel per hari dari perkiraannya sebulan sebelumnya.
Beberapa anggota OPEC+ telah menyerukan pemotongan. Kelompok ini selanjutnya akan bertemu pada 5 September 2022 di tengah melemahnya permintaan di Asia yang mendorong Arab Saudi untuk menurunkan harga jual resminya ke wilayah tersebut.