BRI Batasi Penyaluran Kredit ke Sektor Batu Bara
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) membatasi penyaluran kredit ke sektor energi yang bersumber dari bahan bakar fosil seperti pertambangan batu bara dan minyak bumi.
Hal ini disampaikan Direktur Utama BRI, Sunarso di konferensi World Economic Forum, Davos, Swiss belum lama ini. BRI disebut sebagai perusahaan perbankan pertama di Tanah Air yang menginisiasi pembatasan pembiayaan ke sektor energi fosil.
Inisiatif untuk membatasi pendanaan ke sektor pertambangan batu bara sebetulnya sudah diutarakan manajemen perseroan dalam laporan tahunan 2020. BRI disebut tidak akan lagi memberikan pembiayaan kredit pada usaha yang merusak lingkungan dan berkomitmen untuk menerapkan praktik keuangan berkelanjutan yang diintegrasikan dengan aspek ESG (Environment, Social, and Governance).
"BRI turut membentuk Inisiatif Keuangan Berkelanjutan Indonesia (IKBI) beserta tujuh Bank lainnya yang masuk dalam kelompok “First Movers on Sustainable Banking," seperti dikutip dari kampanye gerakan www.bersihkanbankmu.org, Minggu (29/5).
Selain itu, BRI mengklaim sebagai perusahaan BUMN dan lembaga keuangan pertama di Indonesia yang menerbitkan Sustainability Bond (2019). Dana yang diperoleh telah digunakan untuk kegiatan sosial dan lingkungan.
Kebijakan BRI untuk membatasi penyaluran kredit di sektor batu bara juga turut mendapat dukungan publik. Gerakan Bersihkan Indonesia menginisiasi petisi agar BRI menghentikan pembiayaan ke sektor baru bara. Petisi di laman Change.org itu sudah ditandatangani lebih dari 13.500 orang pada Minggu (29/5) dengan target 15.000 tandatangan.
Dalam petisi itu disebutkan, BRI ikut terlibat dalam pembiayaan PLTU Jawa 9 dan 10, yang berdasarkan yang akan menggunakan 9,6 juta ton batu bara sepanjang masa operasinya dan akan melepaskan jutaan ton gas rumah kaca ke atmosfer.
Selain itu, berdasarkan pemodelan dampak kesehatan, akan menyebabkan lebih dari 4.700 kematian dini selama masa PLTU tersebut beroperasi. Pada April 2021, BRI turut andil bagian dalam kredit sindikasi senilai US$400 juta untuk PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO).
Adaro, tercatat memiliki cadangan batubara sebesar 1.1 milyar ton dan berencana akan menggali seluruh cadangan batubara tersebut selama 20 tahun kedepan.
"Apabila seluruh cadangan batubara Adaro ini digunakan maka berpotensi menghasilkan emisi yang sama dengan emisi tahunan India," bunyi petisi tersebut.
Selain itu, dalam laporan tahunan disebutkan, BRI masih akan mendukung penuntasan pembangunan mega proyek listrik 35,000 MW yang sumber energi utamanya adalah batubara.
Secara terpisah, Direktur Digital & IT BRI Arga M. Nugraha menyampaikan BRI terus mendorong pembiayaan sektor hijau (green sector). Per Maret 2022, BRI telah menyalurkan Rp71,5 triliun atau setara 7,5% dari total penyaluran kredit.
“Kami melihat bahwa presentasi ini akan semakin meningkatkan dan pembiayaan ke green sector ini juga berbanding lurus dengan prinsip tumbuh berkelanjutan yang diterapkan perusahaan,” ungkap Arga.
Upaya penyaluran pembiayaan ke green sector itu juga ditopang oleh aksi korporasi perseroan, yakni penerbitan sustainability bond senilai US$500 juta pada 2019 lalu. Dana yang dihimpun perseroan tercatat telah digunakan untuk aktivitas sosial sebesar 69% dan green projects sebesar 31%.