Mandiri Sekuritas Jagokan Saham Bank hingga Properti di Tahun Pemilu

Nur Hana Putri Nabila
29 Januari 2024, 16:08
Mandiri Sekuritas Jagokan Saham Bank hingga Properti di Tahun Pemilu
ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/foc.
Pekerja berada di depan layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta.
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Mandiri Sekuritas memproyeksikan indeks harga saham gabungan (IHSG) hingga akhir 2024 akan mencapai pada level psikologis 7.640. Sektor industri yang paling direkomendasikan yakni saham perbankan, telekomunikasi, teknologi, properti, transportasi, dan kesehatan.

Menurut Head of Equity Research and Strategi Mandiri Sekuritas, Adrian Joezer hal itu seiring dengan asumsi pertumbuhan laba dibanding harga saham yang pada tahun mencapai 5%. Tahun ini, pertumbuhannya bakal lebih kencang menjadi 10% dan berangsur turun menjadi 7% pada 2025 nanti. 

Pada skenario paling bullish, Mandiri Sekuritas memprediksi, IHSG berpotensi mencapai level 8.030, sementara skenario paling bearish IHSG ke level 6.560. 

Adrian juga menambahkan, faktor pendorong laju bursa Tanah Air juga dari kebijakan suku bunga global. Ia memperkirakan, The Fed berpotensi menurunkan tingkat suku bunga acuannya di tahun ini.

“Untuk tahun ini adalah pertama expect policy making akan cenderung ke arah dovish yang membantu pertambahan likuiditas dan perbaikan dari sisi transaksi yang menjadi pertumbuhan ekonomi dan juga laba bersih,” tambah Joezer dalam Mandiri Sekuritas Market Outlook 2024, Senin (29/1). 

Meski begitu, investasi pada tahun ini berpotensi sedikit melambat. Hal itu karena investor menunggu hasil pemilu dan arah kebijakan ke depan. Mandiri Sekuritas juga memprediksi, aliran modal asing baru akan masuk ke Tanah Air pada kuartal kedua dan kuartal ketiga seiring proyeksi bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve yang mulai memangkas suku bunga acuan pada Mei nanti. 

 Dalam proyeksinya The Fed diperkirakan akan menurunkan suku bunga sebanyak 125 basis poin (bps). Selain itu, diperkirakan tingkat leverage perusahaan yang rendah dan selisih Return on Invested Capital (ROIC) dengan Weighted Average Cost of Debt (WACD) yang berada pada level tertinggi sejak 8-9 tahun terakhir, akan membantu mempercepat pemulihan pertumbuhan setelah periode kebijakan ketat berakhir. 

"Tightening exit Indonesia di 2024 hingga 2025 akan lebih baik dan belum sepenuhnya terefleksikan di tingkat valuasi pasar saham. Saat ini di level 12 kali dan 13 kali forward P/E," kata Joezer. 

Reporter: Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...