Bus listrik mulai dilirik beberapa perusahaan untuk dikembangkan di Indonesia. Beberapa pengusaha bersaing menjadi pelopor dalam membangun industri bus listrik di Tanah Air, mulai dari Grup Bakrie, Astra, hingga pejabat pemerintah. Hal ini seiring rencana pemerintah mengurangi emisi gas buang yang berkontribusi terhadap polusi udara di kota-kota besar seperti Jakarta.
Presiden Joko Widodo menyatakan akan mengusulkan kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk memperbanyak transportasi berbasis listrik, salah satunya bus. "Nanti akan saya sampaikan ke gubernur," kata Jokowi, Stasiun MRT Bundaran HI Jakarta, Kamis (1/8).
(Baca: Pemerintah Dorong Pengembangan Mobil Listrik untuk Angkot)
Pelaku industri lokal pun seperti bersiap menyambut hal ini. Salah satunya adalah Mobil Anak Bangsa (MAB) yang didirikan Kepala Staf Presiden Moeldoko. Dia mendirikan MAB untuk membuktikan Indonesia mampu membuat kendaraan bus listrik. Bahkan, dia mengundang anak bangsa untuk mengembangkan kendaraan listrik di perusahaannya. "Lima persen saham (MAB) saya berikan kepada siapa pun yang memberi kontribusi," kata Moeldoko.
MAB mulai memamerkan purwarupa bus listrik yang bernama Maxvel di ajang Gaikindo Indonesia International Commercial Vehicle Expo (GIICOMVEC) 2018.Moeldoko mengklaim bus ini menggunakan 45 persen komponen lokal. Rangka (chassis) hingga karoseri dikerjakan oleh anak-anak Indonesia. Sedangkan komponen terpenting, yakni baterainya masih diimpor dari Shanghai, Tiongkok. Meski demikian, ia mengaku mendapat komitmen dari pabrikan Tiongkok tersebut membangun pabrik baterai di Indonesia.
Uji Coba Bus Listrik Moeldoko
Perakitan bus listrik MAB dilakukan secara bertahap, dimulai dengan 25 unit bus listrik dalam sebulan. Perakitan dilakukan di PT Karoseri Anak Bangsa, Demak, Jawa Tengah. Secara spesifikasi, bus memiliki panjang 12 meter dengan lebar 2,5 meter dan tinggi 3,8 meter. Sementara jarak sumbu roda bus listrik MAB 5.950 milimeter.
Baterai yang digunakan bus listrik MAB adalah jenis LifePo 576 V 450 Ah. Baterai ini berkapasitas 259,2 kilowatt jam (kWh) dengan berat 2.290 kg. Pengisian daya baterai dari posisi kosong hingga penuh membutuhkan waktu selama 2,5 jam. Motor listriknya menggunakan HYYQ 800-1.200 dengan tipe permanent magnetic synchronous motor (PMSM). Motor ini dapat menghasilkan tenaga sebesar 200 KW dengan torsi maksimal 2.400 Nanometer (Nm). MAB mengklaim tenaga ini setara dengan 268,2 tenaga kuda.
(Baca: Transjakarta Catat Sudah 13 Ribu Penumpang Menjajal Bus Listrik)
Moeldoko mengatakan pada tahap awal, bus akan diuji coba pada perjalanan jarak pendek seperti di bandara. Uji coba lalu dilakukan di Bandara Soekarno Hatta hingga fasilitas Kementerian Perhubungan di Jakarta Timur. Akhir tahun lalu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyatakan bus MAB lolos uji tipe. "Punya pak Moeldoko sudah lulus," kata Budi.
Dari situ, MAB mulai bergerak dengan menandatangani nota kesepahaman (MOU) dengan Perusahaan Penumpang Djakarta (PPD). Isi dari MOU adalah MAB akan memasok bus listrik dan kendaraan listrik termasuk menyediakan suku cadang dan layanan purnajual yang berlaku selama satu tahun. Bukan hanya itu, Moeldoko juga menyasar TransJakarta menggunakan bus milik MAB. "Kami bisa sediakan minimal 30 hingga 40 unit selama sebulan," kata Moeldoko Maret lalu.
Grup Bakrie Ikut Bersaing di Bus Listrik
Moeldoko bukan satu-satunya pemain bus listrik yang siap terjun ke TransJakarta. Bakrie&Brothers lewat anak usahanya, Bakrie Autoparts, juga siap meramaikan persaingan bus listrik. Presiden Direktur Bakrie Autoparts Dino Ryandi mengaku telah menggandeng produsen asal Tiongkok, BYD, untuk uji coba kelaikan bus listrik di rute TransJakarta akhir tahun ini. "Waktunya enam bulan," kata Dino kepada Katadata.co.id.
Dia mengatakan Bakrie memutuskan masuk ke industri bus listrik sejak April 2018, sebagai bentuk diversifikasi bisnisnya. Tantangan dari sang bos besar Aburizal Bakrie juga menjadi alasan pencarian bisnis baru ini. "Masa 40 tahun begini-begini saja," katanya merujuk bisnis suku cadang kendaraan yang dilakoni Bakrie Autoparts selama puluhan tahun.
Dino yang sudah 17 tahun malang melintang di Mercedes Benz Indonesia memprediksi kendaraan listrik akan terus tumbuh hingga 50 tahun ke depan. Keputusan masuk bus listrik alih-alih mobil listrik disebutnya lantaran lebih menghemat waktu. Meski begitu, Bakrie harus mengeluarkan effort yang ekstra, karena perlu penetrasi dealer juga.
(Baca: Bangun SPLU, PLN Hitung Kebutuhan Energi Motor Listrik)
Pertemuan Bakrie dengan BYD merupakan hasil pencarian ke seluruh dunia. Dino menjelaskan Bakrie Autoparts telah berkeliling ke banyak merk di berbagai belahan dunia. Hasilnya, banyak merk menyarankan Bakrie melirik produsen baterai Tiongkok. Akhirnya, Bakrie pun menemukan BYD yang awalnya merupakan produsen baterai listrik. "Waktu kami ke London, bus tingkatnya pakai BYD, Airport Sciphol (Belanda) juga menggunakan BYD," katanya.
Ke depannya, Bakrie akan bertindak sebagai pembeli chassis dan teknologi dari BYD, membangun karoseri, menjual bus ke operator, hingga melayani purna jual. "Sistemnya seperti itu," katanya. Saking seriusnya masuk ke industri otomotif, Bakrie Autoparts juga bergabung dengan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), menjadi Agen Pemegang Merek (APM) bus listrik.
Sementara Grup besar seperti Astra lewat PT Isuzu Astra Motor Indonesia menyatakan pengembangan bus listrik masih membutuhkan waktu. Meski demikian, Izusu berharap dalam waktu dekat persiapan menuju sana dilakukan. "Riset dan studi telah kami jalankan," kata Vice President Director PT Isuzu Astra Motor Indonesia Ernando Demily, seperti dikutip Detik.
Gaikindo sendiri memastikan Moeldoko dan Bakrie bukan pemain bus listrik pertama dan terakhir di Indonesia. Meski demikian, Ketua I Gaikindo yakni Jongkie Sugiarto berharap ada kejelasan aturan pajak hingga infrastruktur pengisian bahan bakar listrik yang dipikirkan oleh pemerintah. "Kalau sudah waktunya, APM lama juga akan masuk ke bus listrik," kata Jongkie kepada Katadata.co.id, Kamis (1/8).
(Baca: Jokowi Bertemu Bos Hyundai Bahas Mobil Listrik hingga Mobil Terbang)
Mengacu data Badan Energi Internasional (IEA), jumlah bus listrik dunia pada 2018 mencapai 460 ribu unit, atau naik 25 persen dari tahun sebeumnya. Dari jumlah tersebut, sebanyak 99 persen merupakan bus yang dioperasikan Tiongkok.
Pemerintah sendiri masih terbelah soal aturan main kendaraan listrik. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengatakan masih ada menteri yang pro dan yang kontra dalam pembahasan Peraturan Presiden (Perpres) kendaraan listrik ini. "Mestinya harus selesai," kata Jonan.
(Baca: Jokowi Tunggu Para Menteri Selesaikan Debat soal Mobil Listrik)
Sementara Jokowi masih menunggu anak buahnya mengirim draft Perpres ke mejanya untuk ditandatangani. Jokowi berharap dengan terbitnya Perpres, maka infrastruktur penunjang mobil listrik seperti Stasiun Penyedia Listrik Umum (SPLU) dapat disediakan. "Kalau sudah sampai di meja saya, pasti saya tanda tangan," kata Jokowi.