Dewan Sawit Beberkan Alasan Biaya Logistik Petani Tinggi

Andi M. Arief
25 Mei 2022, 16:22
Pekerja menimbang tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Bram Itam, Tanjungjabung Barat, Jambi, Selasa (15/3/2022). Sekretaris Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan Anwar Sanusi mengatakan pandemi COVID-19 berdampak besar terhadap sektor ketenagakerjaan,
ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan/tom.
Pekerja menimbang tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Bram Itam, Tanjungjabung Barat, Jambi, Selasa (15/3/2022). Sekretaris Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan Anwar Sanusi mengatakan pandemi COVID-19 berdampak besar terhadap sektor ketenagakerjaan, khususnya angkatan kerja lapisan menengah ke bawah.

Dewan Sawit Indonesia (DSI) mendorong pembangunan pabrik kelapa sawit (PKS) berskala kecil yang dekat dengan perkebunan kelapa sawit. Langkah ini penting untuk memangkas biaya transportasi dan meningkatkan kesejahteraan petani sawit. 

Plt Ketua Umum DSI Sahat Sinaga mengatakan perlu ada perubahan pola pikir bahwa pembangunan PKS harus memiliki kapasitas produksi besar agar ekonomis. Sahat menilai pandangan tersebut betul, tapi tidak mensejahterakan petani sawit. 

"Karena petani harus membawa (tandan buah segar /TBS sejauh) 60-70 kilometer. Ongkosnya bisa Rp 500 (per kilogram)," kata Sahat dalam webinar "Inovasi Sawit Dalam Industri Pangan", Rabu (25/5). 

Sementara harga TBS sawit saat ini masih rendah. Berdasarkan infosawit.com, harga TBS hingga akhir Mei 2022 di Riau dengan umur pohon 10-20 tahun senilai Rp 2.693,45 per kilogram (Kg). Harga TBS terendah dimiliki pada pohon berumur 3 tahun atau senilai Rp 1.994,62 per Kg. 

Jika biaya transportasi rendah, hal itu akan menambah keuntungan bagi petani. Untuk memangkas biaya transportasi, Sahat menyarankan agar pemerintah mendukung pembangunan PKS dengan radius terjauh sejauh 25 Km dari kebun sawit. Dukungan tersebut dapat berupa pendanaan oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). 

Sahat menilai, pabrik kecil tersebut dapat menggunakan teknologi Pabrik Minyak Sawit Tanpa Uap (PMTU). Menurutnya, PMTU memiliki tingkat efisiensi tinggi sehingga dapat menarik pembiayaan dari sekor perbankan jika BPDPKS tidak dapat mendukung program tersebut. 

Dia menilai, penggunaan PMTU akan meningkatkan nilai tambah yang  dinikmati oleh petani sawit. Produk yang dihasilkan petani sawit dalam perusahaan kelapa sawit (PKS) tidak hanya minyak sawit mentah (CPO) dengan adanya PMTU. 

"Kalau selama ini (petani sawit) menjual Rp 100, (dengan PMTU petani sawit) bisa mendapatkan Rp 175 dari kebun sawit mereka," kata sahat. 

Sahat menjelaskan, PMTU juga akan meningkatkan hasil produksi dari tandan buah segar (TBS) menjadi RBD Palm Oil hingga 5%. Selama ini, sterilisasi di industri CPO membuat hasil produksi susu 4% - 5% karena menggunakan uap. 

Halaman:
Reporter: Andi M. Arief
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...