Siap-siap Harga Kedelai Makin Mahal Imbas Pelemahan Rupiah

Nadya Zahira
25 Oktober 2022, 15:11
Pekerja mengolah kedelai dalam pembuatan tahu di industri rumahan di kawasan Duren Tiga, Mampang, Jakarta, Rabu (31/8/2022).
ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/aww.
Pekerja mengolah kedelai dalam pembuatan tahu di industri rumahan di kawasan Duren Tiga, Mampang, Jakarta, Rabu (31/8/2022).

Kementerian Perdagangan mewaspadai kenaikan harga kedelai akibat adanya pelemahan nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS. Pasalnya, Indonesia masih ketergantungan pada impor kedelai.

Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan, mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah akan berdampak pada impor. Kementerian Perdagangan saat ini tengah mewaspadai dampak pelemahan Rupiah pada sejumlah komoditas pangan yang diimpor.

"Kalau rupiah dekati Rp 17 ribu, harga impor tentu lebih tinggi. Ini yang lagi kita rapatkan bagaimana dampaknya terhadap sembako kalau rupiahnya naik," kata dia saat ditemui di Kantor Kementerian Perdagangan, di Jakarta, Selasa (25/10).

Pria yang akrab disapa Zulhas ini mengatakan bahwa dampak pelemahan rupiah akan terasa meskipun harga kedelai dunia saat ini sedang turun. Selain kedelai, Kemendag juga mewaspadai komoditas pangan lainnya.

Menurut catatan Kementerian Perdagangan harga kedelai masih mengalami kenaikan sejak Agustus 2022. Perkembangan harga kedelai 19 Oktober 2022 yakni, untuk harga kedelai eceran nasional sebesar Rp 14.500 per kilogram (kg) atau naik 1,40%.

 Sedangkan untuk harga pada tingkat Koperasi  Produsen Tempe dan Tahu Indonesia (KOPTI) sebesar Rp 13.030 per kg atau naik 5,84%.  

 Sementara itu, untuk paritas impor kedelai per 19 Oktober 2022 sebesar Rp 11.020 per kg mengalami penurunan sebesar 5,37% dan untuk harga kedelai internasional mencapai Rp 7.603 per kg atau turun sebesar Rp 9,56%. 

Plt Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri dan Pengembangan Ekspor Nasional, Didi Sumedi, mengatakan nilai rupiah terhadap dolar sangat fluktuatif mulai dari Januari 2022 senilai Rp 14 ribu sampai Rp 15 ribu. Pelemahan rupiah menyulitkan pelaku usaha yang menggunakan bahan baku impor.
 
Oleh sebab itu, pemerintah berupaya untuk melakukan subtitusi bahan baku impor. "Kita harus bisa memillah milah mana impor yang sebetulnya bisa di subsitusi oleh produk dalam negeri dan komoditi dalam negeri," ujar Didi.
 
Namun demikian, pelemahan rupiah dapat menguntungkan bagi ekspor Indonesia. Pelemahan nilai tukar rupiah justru akan membuat barang ekspor Indonesia lebih murah bagi negara lain sehingga lebih berdaya saing.
 
"Kinerja ekspor nggak akan turun karena murah barang kita," ujarnya 

 Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai impor kedelai ke Indonesia mencapai US$ 1,48 miliar pada 2021. Nilai tersebut naik 47,77% dari tahun sebelumnya yang sebesar US$ 1 miliar.

Reporter: Nadya Zahira
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...