Mayoritas Mata Uang Asia Loyo Imbas Rilis Inflasi AS, Termasuk Rupiah

Abdul Azis Said
14 September 2022, 09:59
Petugas menghitung uang dolar AS dan uang Rupiah di salah satu kantor cabang PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, KCU Melawai, Jakarta, Selasa (16/8/2022).
ANTARA FOTO/Reno Esnir/foc.
Petugas menghitung uang dolar AS dan uang Rupiah di salah satu kantor cabang PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, KCU Melawai, Jakarta, Selasa (16/8/2022).

Nilai tukar rupiah dibuka anjlok 83 poin ke level Rp 14.935 di pasar spot pagi ini. Pelemahan terimbas rilis data inflasi AS yang menunjukkan kenaikan secara bulanan sehingga memperkuat ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed.

Mengutip Bloomberg, rupiah sedikit menguat dari posisi pembukaan ke level Rp 14.933 pada pukul 09.20 WIB. Namun masih jauh dari posisi penutupan kemarin di Rp 14.852 per dolar AS.

Mayoritas mata uang Asia lainnya memerah terhadap dolar AS. Dolar Taiwan melemah 0,66% bersama won Korea Selatan yang amblas 1,25%, peso Filipina 0,71%, yuan Cina 0 39%, ringgit Malaysia 0,34%, dan baht Thailand 0,07%. Sebaliknya, rupee India menguat 0,49% bersama yen Jepang 0,07% , dolar Singapura 0,14% dan dolar Hong Kong 0,01%.

Analis PT Sinarmas Futures, Ariston Tjendra, memperkirakan rupiah akan tertekan hari ini imbas data inflasi AS bulan Agustus yang di atas ekspektasi pasar. Nilai tukar rupiah diramal melemah ke arah Rp 14.950, dengan potensi penguaran di kisaran Rp 14.850 per dolar AS.

Data inflasi AS yang dirilis semalam menunjukkan ada kenaikan 0,1% secara bulanan, meski secara tahunan terpantau sedikit turun ke 8,3% dari bulan sebelumnya 8,5%. Realisasi ini di atas perkiraan Dow Jones, indeks harga konsumen (IHK) yang diramal deflasi 0,1% secara bulanan dan inflasi tahunan turun ke 8%.

Inflasi inti yang tidak menghitung harga energi dan pangan naik secara bulanan 0,6% dan secara tahunan 6,3%. Ini juga di atas ekspektasi pasar bahwa inflasi inti hanya 0,3% secara bulanan dan 6% secara tahunan.

"Hal ini akan menjadi alasan bagi The Fed untuk melanjutkan kebijakan kenaikan suku bunga acuannya," kata Ariston dalam risetnya, Rabu (14/9).

Sejumlah pejabat The Fed juga telah berkomentar bahwa bank sentral akan tetap pada komitmennya mendorong inflasi turun ke kisaran target 2%. Hal ini memberi sinyal kuat bunga acuan The Fed masih akan dinaikkan lagi bulan ini setelah kenaikan agresif 75 bps pada dua pertemuan sebelumnya.

Analis DCFX, Lukman Leong, juga melihat sentimen yang sama. Ia memperkirakan rupiah akan tertekan cukup dalam hari ini imbas rilis data inflasi AS semalam yang menunjukkan kenaikan secara bulanan. Rupiah diramal bergerak di rentang Rp 14.800-Rp 14.975 per dolar AS.

Dari dalam negeri, pasar masih memantau dampak kenaikan harga BBM terhadap perekonomian domestik. Kenaikan harga ini berpotensi mendorong inflasi dalam negeri naik lebih tinggi dan berimplikasi negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.

Kementerian Keuangan sebelumnya menghitung kenaikan harga BBM akan mendorong inflasi pada akhir tahun naik ke rentang 6,3%-6,7%, dari baseline jika tidak ada kenaikam harga di rentang 3,5%-4,5%. Namun lonjakan diramal hanya berlangsung selama dua bulan ini, inflasi diperkirakan kembali ke pola normal pada November.

 Sebelumnya, Bank Indonesia menutup transaksi nilai tukar rupiah berada di posisi Rp 14.861 per dolar Amerika Serikat (AS) saat perdagangan Selasa, 13 September 2022. Nilai tersebut melemah 22 poin atau 0,1% dari perdagangan hari sebelumnya.

Reporter: Abdul Azis Said
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...