Rupiah Dibuka Loyo, Berpotensi Menguat Lagi Imbas Kebijakan Covid Cina

Abdul Azis Said
5 Januari 2023, 10:00
Petugas menunjukan uang pecahan rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (3/1/2023). Rupiah ditutup melemah 28 poin atau 0,18 persen ke posisi Rp15.601 per dolar AS dibandingkan posisi p
ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/foc.
Petugas menunjukan uang pecahan rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (3/1/2023). Rupiah ditutup melemah 28 poin atau 0,18 persen ke posisi Rp15.601 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.573 per dolar AS akibat dipicu kekhawatiran Bank Indonesia (BI) akan kembali menaikkan suku bunga acuan.

Nilai tukar rupiah dibuka melemah tipis satu poin ke level Rp 15.584 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Rupiah diperkirakan masih berpeluang menguat oleh pelonggaran kebijakan pandemi di Cina dan dalam negeri, sekalipun risalah rapat bank sentral AS, The Fed semalam kembali memberi sentimen hawkish.

Mengutip Bloomberg, rupiah melanjutkan pelemahan ke arah Rp 15.613 pada pukul 09.30 WIB. Ini semakin jauh dari posisi penutupan kemarin Rp 15.583 per dolar AS.

Mata uang Asia lainnya bergerak variatif. Pelemahan nilai tukar dialami Dolar Singapura 0,1%, dolar Hong Kong 0,01%, dolar Taiwan 0,11%, peso FIlipina 0,11%, ringgit Malaysia 0,06% dan baht Thailand 0,01%. Sebaliknya, yen Jepang menguat 0,42% bersama won Korea Selatan 0,08%, rupee India 0,10% dan yuan Cina 0,17%. 

Terdampak Sinyal Hawkish The Fed

Analis DCFX, Lukman Leong, memperkirakan rupiah bisa menguat hari ini sekalipun The Fed kembali mempertegas komentar hawkishnya dalam risalan rapat yang dirilis semalam. Rupiah akan diperdagangkan di rentang Rp 15.500-Rp 15.650 per dolar AS.

Risalah rapat The Fed bulan lalu yang dirilis dini hari tadi mengindikasikan masih berlanjutnya kenaikan bunga tahun ini. Umumnya pejabat berpandangan butuh keyakinan lebih lanjut bahwa inflasi berada pada jalur penurunan yang berkelanjutan. Suku bunga tinggi akan dipertahankan sepanjang tahun ini dengan tidak ada satupun anggota rapat yang melihat perlunya pemangkasan suku bunga.

"Rupiah berpotensi menguat setelah tidak ada kejutan dari the Fed pada risalah pertemuan FOMC, dimana pernyataan mereka sesuai dengan harapan pasar," kata Lukman dalam catatannya, Kamis (5/1).

Menurutnya, pasar memang sudah mengantisipasi risalah rapat semalam yang mengulang pandangan hawkish sejumlah pejabat pembuat kebijakan The Fed. Meski demikian, pasar akan lebih berfokus pada komitmen The Fed untuk memperlambat kenaikan bunga sekalipun memang bunga tinggi masih akan bertahan tahun ini.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...