Eijkman Dilebur dalam BRIN, Bagaimana Nasib Riset Vaksin Merah Putih?

Image title
3 Januari 2022, 13:37
eijkman, vaksin merah putih
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Tenaga kesehatan melakukan sosialisasi sebelum menyuntikkan vaksin COVID-19 kepada warga Pancoran Buntu II, Jakarta, Jumat (10/12/2021).

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyoroti keberlanjutan produksi vaksin Merah Putih setelah Lembaga Biokuler dan Mikrobiologi (LBME) Eijkman melebur dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Anggota Komisi VII Fraksi PKS Mulyanto mengkhawatirkan pemindahan peneliti Eijkman akan menimbulkan masalah dalam proses produksi vaksin Merah Putih.

Setelah melebur, LBME Eijkman menjadi  Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman (PRBME) BBRIN. Hanya 40 dari 160 peneliti yang bergabung dengan PRBM Eijkman.

"Pemerintah jangan gegabah, perlu memikirkan soal ini secara seksama. Jangan sampai program strategis amanat mengembangkan riset Vaksin Merah Putih menjadi mandeg atau terbengkalai," ujar Mulyanto dalam keterangan tertulis pada Senin (3/1).

Mulyanto khawatir dengan diberhentikannya para saintis yang mencapai 100 orang bakal menunda proses riset. "Tidak mudah mencari pengganti para saintis ini dalam waktu singkat," kata dia.

Dia juga mengkhawatirkan laboratorium PRBM Eijkman yang dipindahkan jauh dari RSCM/FKUI, akan menimbulkan masalah. Selama ini posisi laboratorium Eijkman yang strategis dekat dengan rumah sakit dan fakultas kedokteran, sehingga akses kepada sampel, bahan, alat, dan SDM medis sangat mudah.  
 
"Ini akan membuat jadwal produksi Vaksin Merah Putih Eijkman semakin molor," kata dia.
 
Padahal dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi VII DPR RI dengan Konsorsium Riset Covid-19 terakhir terungkap, bahwa riset Vaksin Merah Putih, yang dimotori PRBM Eijkman, mundur dari jadwal semula.
Mundurnya proyek ini karena Bio Farma, tidak siap untuk memproduksi vaksin berbasis protein rekombinan mamalia dan hanya siap kalau vaksin yang dikembangkan berbasis protein rekombinan ragi (yeast).
 
Ditambah lagi dari hasil kunjungan kerja Komisi VII ke Bio Farma juga diketahui, bahwa seed vaksin yang disiapkan PRBM Eijkman belum optimal untuk dikultivasi dan dimurnikan, sehingga perlu diteliti ulang oleh PRBM Eijkman.
 
"Perubahan kelembagaan Eijkman seperti sekarang ini, maka pengembangan Vaksin Merah Putih ini menjadi semakin tidak menentu nasibnya," kata Mulyanto.

Pemerintah melalui Konsorsium Riset Covid-19 mengembangkan 11 platform riset vaksin Merah Putih. Proyek riset tersebut melibatkan enam lembaga riset pemerintah dan perguruan tinggi, yakni PRBM Eijkman, LIPI, UI, ITB, Unair, dan UGM.

Bibit Vaksin Merah Putih Diserahkan kepada Bio Farma

Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman (PRBME) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan bibit vaksin Merah Putih yang dikembangkan Eijkman sudah memenuhi standar industri. Bibit tersebut telah diserahkan kepada PT Bio Farma.

"Menurut industri 'seed vaccine' (bibit vaksin) tersebut sudah memenuhi standar industri di mana hasil atau yield-nya sudah sesuai dengan permintaan industri, dia juga imunogenik, kemudian seednya juga sudah memproduksi yieldnya juga sudah bagus," kata peneliti vaksin di PRBME Tedjo Sasmono dalam Sarasehan Arah Riset Biologi Molekuler di BRIN di Auditorium LBM Eijkman, beberapa waktu lalu dikutip dari Antara.

Eijkman mengembangkan bibit vaksin Merah Putih dengan platform protein rekombinan yang menggunakan sel yeast atau ragi dan sel mamalia.

Untuk platform yang menggunakan sel ragi, bibit vaksinnya sudah berada di PT Bio Farma sebagai mitra industri pengembangan vaksin. "Yang 'yeast' sudah memenuhi persyaratan industri dan akan dikembangkan lebih lanjut, diproduksi," katanya.

Ia mengatakan kelanjutan dari pengembangan bibit vaksin untuk menjadi vaksin tersebut sekarang berada di tangan pihak industri, sementara bagian utama dari riset bibit vaksin yang menjadi tugas PRBME sudah selesai.

Meski sudah berhasil menciptakan bibit vaksin, namun PRBM Eijkman tetap masih melanjutkan interaksi untuk pengembangan vaksin dari bibit vaksin tersebut bersama Bio Farma.

PRBM Eijkman tetap rutin melakukan konsultasi, diskusi dan mencari cara pemurnian terbaik untuk pengembangan vaksin dengan PT Bio Farma sehingga vaksin itu diharapkan bisa segera dihilirisasi oleh Bio Farma.

"Sekarang bola ada di tangan Bio Farma untuk mengembangkan. Kami tetap bersama-sama dengan Bio Farma mengembangkan," katanya.

Sementara untuk bibit vaksin yang sudah dikembangkan dengan menggunakan sel mamalia, ia mengatakan pihak industri menilai "yield" atau produktivitas dari bibit vaksin sudah memenuhi syarat.

"Yield sudah memenuhi syarat industri berdasarkan parameter-parameter yang mereka tetapkan secara keekonomian," katanya.

Secara ilmiah, bibit vaksin itu sudah memenuhi aspek imunogenisitas atau memiliki kemampuan dalam memicu respons imun sehingga bisa menghasilkan antibodi pada tubuh manusia.

Namun untuk platform pengembangan bibit vaksin yang menggunakan sel mamalia itu, PRBME belum mendapatkan mitra industri dan hingga saat ini masih terus melakukan negosiasi dengan industri, demikian Tedjo Sasmono.

Reporter: Nuhansa Mikrefin
Editor: Yuliawati

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...