Menkes Dorong Penanganan Bayi Stunting Ditanggung BPJS

Rizky Alika
11 Januari 2022, 14:57
stunting, BPJS
ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/foc.
Pengendara motor melintas di dekat mural stunting di Jakarta, Rabu (16/12/2020). 4.

Pemerintah tengah berupaya menurunkan angka gizi buruk atau stunting di Tanah Air. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pun mendorong program penanganan bayi stunting untuk ditanggung Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS Kesehatan.

Bayi yang mengalami kekurangan tinggi badan akan dirujuk dari puskesmas ke rumah sakit. Selama ini penanganannya belum ditanggung BPJS. "Nah itu kami bereskan supaya bisa ditanggung BPJS di rumah sakit," kata Budi usai menghadiri rapat terbatas Strategi Percepatan Penurunan Stunting yang dipimpin Presiden Joko Widodo secara daring, Selasa (11/1).

Nantinya, bayi kurang gizi akan mendapatkan penanganan di rumah sakit melalui sejumlah program, seperti pemberian makanan khusus.

Sedangkan, bayi yang mengalami kekurangan berat badan akan dirujuk ke puskesmas untuk diberi tambahan gizi. Budi mengatakan, puskesmas memiliki intervensi pada tingkat khusus.

Adapun, berat dan panjang badan bayi harus diukur setiap bulan. Untuk itu, Kementerian Kesehatan akan menambah alat ukur berat dan tinggi badan bayi di seluruh desa.

"Kami akan buat (timbangan) itu digital kalau bisa. Jadi pelaporannya tidak manual lagi," ujar dia.

Selain itu, penanganan stunting pada bayi dilakukan dengan pemberian imunisasi. Hal ini untuk mencegah bayi terserang penyakit.

Mantan Direktur Utama Bank Mandiri itu mengatakan, bayi yang sakit akan mengalokasikan gizinya untuk melawan virus atau bakteri. "Jadi gizi yang masuk bukan dialokasikan untuk tubuh," katanya.

Pemerintah pun menambah dua jenis vaksinasi dasar untuk bayi yaitu vaksin rotavirus untuk pencegahan pneumonia dan PCV untuk mencegah diare.

Kemudian, pemerintah akan mengintegrasikan program vaksinasi dasar dengan vaksinasi Covid-19, "Monitoring-nya berbasis teknologi dan real time," ujar dia.

Adapun, pemerintah berupaya menurunkan stunting di Tanah Air dengan target prevalensi sebesar 14%. Dengan demikian, angka stunting tidak boleh lebih dari 3,4 juta bayi pada 2024.

"Dengan demikian angka stunting tiap tahun tidak boleh lebih dari 680 ribu bayi," kata Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo.

Namun, saat ini ada 1.171.000 bayi yang lahir stunting setiap tahunnya. Untuk itu, pihaknya melakukan intervensi spesifik yang ditujukan kepada anak dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dan kepada ibu sebelum masa kehamilan (remaja putri).

Kemudian, BKKBN juga melakukan intervensi sensitif seperti menyiapkan lingkungan yang bersih, air bersih, dan pendidikan.

Reporter: Rizky Alika
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...