Luhut Ungkap Penyebab Anjloknya Harga TBS Sawit

Andi M. Arief
7 Juli 2022, 16:43
sawit, luhut
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) melakukan aksi unjuk rasa di wilayah Patung Kuda, Jakarta, Selasa, (17/5/2022).

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves) menduga jatuhnya harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit karena minyak bunga matahari asal Ukraina kembali tersedia di pasar internasional.

Menteri Marves Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan Ukraina menjadikan alokasi penjualan ke pasar internasional sebagai stok sejak empat hingga lima bulan yang lalu. Dengan demikian, kondisi defisit neraca minyak nabati akibat perang Ukraina-Rusia sekitar satu juta ton langsung berbalik surplus.

"(Selain itu,) sekarang dia (Ukraina) turunkan pajak ekspor (minyak bunga matahari), pengaruhlah ke (penjualan jenis minyak nabati) yang lain," kata Luhut di Hotel Grand Sahid, Kamis (7/7).

Luhut mengatakan pemerintah harus mencari titik keseimbangan baru akibat aksi yang dilakukan pemerintah Ukraina. Luhut memahami harga TBS yang diterima petani sudah terlampau rendah atau hingga Rp 900 per kilogram (Kg), tapi Luhut belum mengetahui kapan harga TBS petani dapat kembali normal.

Asosiasi Kabupaten Penghasil Sawit Indonesia (AKPSI) mencatat rata-rata harga TBS sawit pada awal 2022 sekitar RP 3.500 per Kg. Secara tahun berjalan, harga TBS sawit konsisten turun hingga sekitar Rp 600 per Kg. Sebagian darah tercatat memiliki harga TBS hanya Rp 300 per Kg.

Untuk meningkatkan harga TBS sawit, Luhut berencana untuk memperlancar proses ekspor minyak sawit mentah (CPO) melalui program flush-out. Program flush-out mengizinkan eksportir untuk tidak memenuhi aturan kewajiban pasar domestik, namun disyaratkan membayarkan biaya tertentu dan realisasi ekspor dibatasi hingga akhir Juli 2022.

Luhut menilai proses flush-out masih belum berjalan sesuai rencana. Namun demikian, Kemenko Marves telah bertemu dengan asosiasi pemilik kapal dan menemukan jalan tengah.

Selain menerbitkan program flush-out, Luhut mengatakan telah berdiskusi dengan Menteri Keuangan untuk menurunkan dana pungutan (DP) ekspor. Menurutnya, langkah ini akan membuat eksportir meningkatkan volume ekspor dan mempercepat pengosongan tangki penyimpanan CPO.

Skema perhitungan DP ekspor adalah senilai US$ 55 untuk penjualan CPO senilai US$ 750 per ton. Setiap penambahan harga jual sebanyak US$ 50 per ton, DP ekspor akan ditambah US$ 20.

Sebelumnya, DP akan flat senilai US$ 175 per ton saat harga ekspor CPO lebih dari US$ 1.000 per ton. Namun demikian, penyesuaian Peraturan Menteri Keuangan (PMK) membuat penghitungan DP akan terus berjalan progresif sampai menyentuh harga US$ 1.500 per ton.

Oleh karena itu, Luhut menilai ekspor CPO mulai berjalan lancar pada minggu depan atau sekitar pertengahan Juli 2022. "Kalau ekspor (lancar), tangki ekspornya (kosong), kan dia (Perusahaan Kelapa Sawit) ambil kelapa sawit. TBS nanti diproses, tentu harganya (akan) naik," kata Luhut.

Ketua Umum AKPSI Yulhaidir mengatakan saat ini rata-rata harga TBS sawit telah membaik ke sekitar Rp 1.000 per Kg. Yulhaidir optimistis harga TBS akan kembali normal mengikuti perbaikan harga CPO sekitar dua bulan mendatang.

"Harapannya Agustus 2022 (harga TBS sawit kembali normal) tapi butuh penyesuaian kapal, pengangkutan, dan lain-lain. (Harga yang diharapkan) seimbanglah antara ahrga produksi dan harga penjualan. Kalau sekarang (biaya) produksi rata-rata Rp 1.500 per Kg, (harga TBS sawit yang diterima petani) minimal Rp 2.500 per Kg," kata Yulhaidir.

Plt Ketua Umum Dewan Sawit Indonesia (DSI) Sahat Sinaga sebelumnya mengusulkan agar Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memberikan diskon pada pajak ekspor CPO sebanyak 25%. Pajak ekspor yang dimaksud adalah bea keluar dan dana pungutan.

Menurutnya, pengurangan pajak ekspor sebesar 25% akan menaikkan harga CPO di pasar internasional. Pada akhirnya, langkah tersebut dapat mendongkrak harga TBS ke kisaran Rp 2.400 per Kg.

"Jadi, (Kemendag meminta PKS membeli TBS pada) harga Rp 1.600 dari man caranya? Cuman ngomong begitu saja mana bisa?" kata Sahat.

Berdasarkan data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), total ekspor produk minyak sawit Indonesia pada April 2022 sebesar 2,01 juta ton. Jumlah itu lebih rendah dari ekspor April 2021 yang mencapai 2,63 juta ton.

Reporter: Andi M. Arief
Editor: Yuliawati

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...