Kebutuhan Baja RI Naik, Krakatau Steel Genjot Pangsa Pasar Domestik
PT Krakatau Steel Tbk atau KRAS membidik meningkatkan pangsa pasar baja di dalam negeri seiring meningkatnya kebutuhan domestik. Untuk itu, perusahaan bakal meningkatkan utilisasi pabrik sepanjang 2022 menjadi 80% dari kapasitas terpasang saat ini.
Pada 2021, emiten industri baja berkode KRAS ini memimpin pangsa pasar baja canai panas atau HRC sebesar 40,3%. Sementara itu, pangsa pasar KRAS dalam pasar baja canai dingin atau CRC adalah 20,6%.
Direktur Komersial KRAS Melati Sarnita mengatakan peningkatan pangsa pasar dalam negeri seiring proyeksi pertumbuhan kebutuhan baja nasional tahun 2022 sebesar 5%. Perusahaan akan memenuhi kebutuhan dalam negeri dengan menambah kapasitas produksi melalui pabrik HSM#2.
"Selain itu dukungan pemerintah melalui program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri dan substitusi impor, KRAS memiliki keyakinan dapat meningkatkan pangsa pasar di tahun 2022 ini," kata dalam jawaban tertulis kepada Katadata.co.id, dikutip Kamis (28/7).
Kapasitas terpasang adalah kemampuan produksi maksimal sebuah pabrik dalam setahun. Sementara itu, utilisasi adalah presentasi antara realisasi produksi dan kapasitas terpasang dalam kurun waktu tertentu.
Dengan target utilisasi KRAS sebesar 80%, target produksi HRC dan CRC pada 2022 adalah 3,1 juta ton atau naik 11% secara tahunan. Pada 2021, total produksi KRAS mencapai 2,7 juta ton.
Melati memperkirakan utilisasi KRAS dapat menyentuh 85% lantaran pabrik HSM#2 telah beroperasi. Artinya, realisasi produksi KRAS dapat mencapai 3,34 juta ton atau naik 24% dari capaian 2021.
KRAS saat ini memiliki kapasitas terpasang sebanyak 3,9 juta ton per tahun dari dua pabrik produksi baja, yakni HSM#1 dan HSM#2. Adapun, kapasitas terpasang HSM#1 adalah 2,4 juta ton per tahun, sedangkan kapasitas terpasang HSM#2 pada tahun ini adalah 1,5 juta ton.
Adapun target volume ekspor KRAS pada tahun ini adalah 270.000 ton. Target tersebut hanya lebih tinggi 2,77% dari realisasi ekspor KRAS 2021 sebanyak 262.715 ton.
Sehingga, pertumbuhan volume ekspor KRAS pada tahun ini berpotensi akan jauh melambat. Pasalnya, volume ekspor KRAS naik 104% pada 2021 dibandingkan capaian tahun sebelumnya sejumlah 128.342 ton.
"Strategi penjualan ekspor KRAS yaitu menjaga pasar tradisional ekspor KRAS, seperti ke Malaysia dan Australia, dengan menambah kuantitas ekspor dan jumlah konsumen," kata Melati.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan Zulkifli mengatakan pemerintah siap mendukung peningkatan ekspor baja dengan perjanjian-perjanjian dagang yang telah dimiliki dengan negara-negara mitra. Produsen baja diminta untuk memanfaatkan semaksimal mungkin keistimewaan tarif ke negara-negara yang telah memiliki perjanjian dagang dengan Indonesia.
Perjanjian dagang di antaranya persetujuan kemitraan ekonomi yang komprehensif atau CEPA. Sejauh ini, negara mitra yang telah memiliki CEPA dengan Indonesia adalah Korea Selatan, Australia, dan Uni Emirate Arab atau UAE. Secara sederhana, produk-produk Indonesia yang diekspor ke negara-negara tersebut dibebaskan dari bea masuk dan tarif lainnya.
Zulkifli mengatakan UAE dapat menjadi hub ekspor bagi produk-produk Indonesia ke kawasan terdekat. Hal tersebut dimungkinkan lantaran UAE telah memiliki CEPA dengan kawasan di sekitarnya, seperti Afrika, Timur Tengah, Asia Tengah, dan Eropa Timur. Artinya, produk-produk Indonesia dapat menembus pasar tersebut tanpa terhalang bea masuk.
Berdasarkan data Kemendag, nilai ekspor besi dan baja pada 2021 naik 90,2% menjadi US$ 21,4 miliar dari capaian 2020 senilai US$ 11,2 miliar. Pada Januari-Mei 2022, nilai ekspor besi dan baja naik 80,2% secara tahunan menjadi US$ 12,5 miliar.
"Pertumbuhan yang sangat signifikan ini merupakan bukti keberhasilan kebijakan hilirisasi industri besi dan baja yang ditetapkan pemerintah," kata Zulkifli.