Metaverse, Teknologi Masa Depan yang Disasar Facebook hingga Alibaba
Raksasa teknologi seperti Facebook hingga Alibaba gencar mengembangkan teknologi metaverse. Teknologi tersebut disebut-sebut menjadi teknologi masa depan di dunia digital.
Metaverse ini merupakan versi teranyar dari virtual reality tanpa komputer. Pengguna dapat memasuki dunia virtual menggunakan headset yang terhubung dengan peralatan digital.
Facebook gencar ingin bertransformasi menjadi 'perusahaan metaverse' dalam lima tahun ke depan. Pada Minggu (17/10) perusahaan yang didirikan Mark Zuckenberg tersebut mengumumkan akan membuka 10.000 lowongan pekerjaan baru di Eropa terkait metaverse.
"Pekerjaan baru itu mencakup insinyur yang sangat terspesialisasi," kata Facebook dalam postingan blog dikutip dari BBC Internasional pada Senin (18/10).
Facebook menyebut ribuan tenaga kerja itu nantinya yang akan menjadi pendorong pasar metaverse di Eropa. "Membantu membuka akses ke peluang kreatif, sosial, dan ekonomi baru," ujarnya.
Selain merekrut banyak tenaga kerja, Facebook juga menyiapkan akses ke pasar konsumen hingga pusat penelitian yang menunjang metaverse. Perusahaan juga baru-baru ini mengumumkan investasi US$ 50 juta untuk proyek pengembangan metaverse.
Pada Agustus lalu, raksasa teknologi asal Amerika Serikat (AS) itu meluncurkan aplikasi terkait metaverse bernama Horizon Workrooms. Berdasarkan pengujian, pengguna menggunakan headset Oculus Quest 2 untuk menggelar berbagai pertemuan virtual. Nantinya, peserta hadir dalam versi avatar.
Vice president Reality Labs Facebook Andrew Bosworth mengatakan, aplikasi Horizon Workrooms memberikan pengalaman baru metaverse dalam dunia kerja. "Ini salah satu langkah mendasar ke arah itu (metaverse)," kata Bosworth dikutip dari CNBC Internasional, pada Agustus (19/8).
Selain Facebook, sejumlah perusahaan teknologi lainnya juga gencar menyasar pasar metaverse. Di Cina, Alibaba mengajukan pendaftaran merek dagang beberapa aplikasi terkait metaverse. Menurut platform pelacakan pendaftaran bisnis Qichacha, ada yang didaftarkan yakni Ali Metaverse, Taobao Metaverse, dan DingDing Metaverse.
Raksasa game Tencent juga mengajukan mendaftarkan hampir 100 merek dagang terkait metaverse, termasuk QQ Metaverse, QQ Music Metaverse dan Kings Metaverse.
Sedangkan induk TikTok, ByteDance mengakuisisi Pico Interactive hampir 5 miliar yuan atau sekitar Rp 11 triliun. Melalui akuisisi itu, Pico Interactive akan berfokus pada pasar konsumen Cina, sambil mempertahankan sebagian besar staf.
ByteDance mengatakan bahwa perangkat lunak (software), perangkat keras (hardware), bakat, serta keahlian Pico Interactive akan mendukung perusahaan masuk ke industri virtual reality (VR) global.