BPS: Inflasi 0,12% pada Oktober karena Kenaikan Tarif Pesawat
Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat inflasi pada Oktober 0,12% secara month-to-month (mtm) dan 1,66% secara year-on-year (yoy). Inflasi terutama disumbangkan oleh kenaikan tarif pesawat udara, setelah mengalami deflasi 0,04% bulan lalu.
"Berdasarkan pemantauan di 90 kota, terjadi inflasi 0,12% atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 106,53 pada September 2021 menjadi 106,66 pada Oktober 2021," kata Kepala BPS Margo Yuwono dalam Konferensi Pers virtual, Senin (1/11).
Margo juga menjelaskan IHK pada Oktober terpantau naik 0,93% secara year-to-date (ytd). Sedangkan inflasi tahunan sebesar 1,66%.
Dari pemantauan di 90 kota IHK yang dihitung, terdapat 68 kota mengalami inflasi dan 22 kota deflasi. Inflasi tertinggi di Sampit sebesar 2,06% dan inflasi terendah di Sumenep dan Banyuwangi sebesar 0,02%. Sebaliknya dari 22 kota yang deflasi, tertinggi di Kendari sebesar 0,70% dan deflasi terendah di Bengkulu 0,02%.
Margo mengatakan terjadi inflasi pada seluruh kelompok pengeluaran. Kenaikan tertinggi pada kelompok transportasi sebesar 0,33%, dengan andil 0,04% terhadap pembentukan inflasi Oktober 2021.
"Disebabkan karena adanya kenaikan tarif angkutan udara, dimana kenaikannya ini memberi andil 0,03% terhadap inflasi," kata Magro.
Selain itu, inflasi tinggi juga pada kelompok pengeluaran makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,10% dan memberi andil 0,03%. Inflasi terutama disumbangkan oleh kenaikan harga cabai merah dan minyak goreng dengan andil 0,05% terhadap inflasi kelompok tersebut. Kenaikan harga daging ayam ras juga memberi andil 0,02%.
Berdasarkan komponennya, inflasi pada harga bergejolak sebesar 0,07% dengan andil 0,01%. Komoditas yang dominan mendorong inflasi pada komponen ini antara lain cabai merah, minyak goreng dan daging ayam ras.
Komponen harga diatur pemerintah tercatat inflasi 0,33% dengan andil 0,06%. Komoditas utamanya karena adanya kenaikan tarif angkutan udara, rokok kretek filter dan kenaikan harga bensin. Komponen inti inflasi sebesar 0,07% dengan andil 0,05% terhadap inflasi bulan lalu.
Bank Indonesia (BI) sebelumnya telah memperkirakan harga-harga barang dan jasa akan kembali naik setelah bulan lalu mencatatkan penurunan atau deflasi. Bank sentral memprediksi Indeks Harga Konsumen (IHK) Oktober mengalami inflasi 0,10% secara month-to-month (mtm), sebesar 0,61% secara ytd dan 1,64% secara yoy.
"Berdasarkan survei pemantauan harga pada minggu keempat Oktober 2021, perkembangan harga pada bulan ini masih terkendali dan diperkirakan inflasi sebesar 0,10% secara mtm," kata Direktur Kepala Grup Departemen Komunikasi BI Muhamad Nur, Jumat (29/10).
Inflasi bulan ini terutama disumbang inflasi pada cabai merah 0,07%. Selain itu minyak goreng juga menyumbangkan inflasi sebesar 0,04%, rokok kretek filter sebesar 0,02%, serta cabai rawit, daging ayam ras, dan angkutan udara masing-masing sebesar 0,01%.
BI juga mencatat beberapa komoditas mengalami penurunan harga atau deflasi. Ini antara lain terjadi pada telur ayam ras dan tomat masing-masing sebesar 0,03% secara mtm, serta bawang merah, bayam, kangkung, sawi hijau, dan emas perhiasan masing-masing 0,01%.