Kemenkeu Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun Ini 5,1%-5,2%
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini bisa di atas 5% atau lebih tinggi dari tahun lalu yang mencapai 3,7%. Pertumbuhan ekonomi diramal makin tinggi dalam jangka menengah seiring kehidupan masyarakat yang kembali normal menuju endemi Covid-19.
"Kami perkirakan pertumbuhan Indonesia tahun ini di sekitar 5,1% sampai 5,2%," kata Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara dalam Rapat Koordinasi Pembangunan Pusat 2022, Kamis (21/4).
Selama beberapa bulan terakhir, beberapa indikator perekonomian menunjukkan pemulihan. Mobilitas masyarakat sudah mencapai level sebelum pandemi yakni 7,1% lebih tinggi dibandingkan awal 2020.
Dari sisi konsumsi, indeks penjualan retail pada kuartal pertama tahun ini juga tumbuh 14,7%. Adapun Mandiri spending index yang menggambarkan belanja masyarakat, menunjukkan kenaikan untuk kategori jenis supermarket, restaurant, bahan bakar maupun retail.
Di sisi produksi juga menunjukkan pemulihan, terlihat dari Indeks PMI Manufaktur pada bulan lalu berada di zona ekspansi. Konsumsi listrik pada kuartal pertama untuk bisnis dan industri tumbuh masing-masing 15,3% YOY dan 10,6%.
"Kemudian juga impor bahan baku menunjukan tren yang stabil dan sepertinya akan meningkat juga," kata Suahasil.
Suahasil mengatakan perkiraan pertumbuhan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah ini berada dalam rentang proyeksi sejumlah lembaga eksternal. Dana Moneter Internasional (IMF) lebih optimistis, dengan perkirakan pertumbuhan 5,4%. Tetapi memang perkiraan tersebut sudah melalui pemangkasan dua kali.
Bank Dunia juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi RI tahun ini di 51,% dan Bloomberg melihat pertumbuhan di 5,2%. Berikut grafik Databoks:
Pertumbuhan Ekonomi Melejit Jangka Menengah
Kemenkeu memperkirakan pertumbuhan ekonomi dalam jangka menengah akan semakin tinggi. Untuk tahun depan, pertumbuhan diperkirakan berada di rentang 5,3% sampai 5,9%. Pertumbuhan makin tinggi pada 2024 yakni 5,4%-6,3% dan pertumbuhan 2025 dan 2026 sebesar 5,5%-6,5%.
Perkiraan batas bawah pertumbuhan disesuaikan dengan skenario 'business as usual', dan perkiraan batas atas tersebut disesuaikan dengan skneario reformasi yang optimal. Perkiraan bahwa perekonomian bisa tumbuh rata-rata di atas 6% dalam jangka menegah di dasarkan pada tiga faktor.
Penyebabnya di antaranya karena adanya peralihan dari pandemi ke endemi mulai 2023, konsistensi implementasi reformasi baik untuk SDM, infrastrutkru maupun layanan publik serta peningkatan investasi di sektor produktif.
"Idealnya pertumbuhan ekonomi rata-rata jangka menengah di atas 6% sebagai cara kita untuk keluar dari jebakan negara pendapatan menengah (middle income trap)," ujar Suahasil.
Dalam kesempatan terpisah, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Kacaribu memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II di rentang 4,8%-5,4%. Pertumbuhannya masih cukup kuat sekalipun lebih rendah dibandingkan kuartal II tahun lalu yang melampaui 7%.
"Kami melihat ada peluang dengan momentum Ramadan dan juga lebaran, libur yang cukup banyak, serta THR dan gaji ke-13 ini akan mendukung pertumbuhan ekonomi di kuartal II," kata Febrio dalam Konferensi Pers APBN KiTA, Rabu (20/4).