BI Perkirakan Inflasi Tahun Ini Bakal Lampaui Target di Atas 4%
Bank Indonesia memperkirakan inflasi akan menanjak tahun ini dan sedikit melampaui target pemerintah dan bank sentral. Meski demikian, inflasi akan berangsur turun dan kembali di rentang target 2%-4% pada tahun depan.
"Secara keseluruhan kami meyakini inflasi tahun ini masih terkendali, hanya sedikit di atas 4% dan akan kembali ke dalam sasaran 3% plus minus 1% tahun depan," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers secara daring, Selasa (24/5).
Inflasi sampai dengan April 2022 tercatat sebesar 3,47% secara tahunan, lebih tinggi dari bulan sebelumnya 2,64%. Kenaikan terutama karena kenaikan harga komoditas global, meningkatnya mobilitas masyarakat dan pola musiman ramadan dan lebaran. Meski demikian, Perry menyebut inflasi masih terkendali dan mendukung stabilitas perekonomian.
Inflasi inti juga tetap terjaga di tengah permintaan domestik yang meningkat, stabilitas nilai tukar yang terjaga, dan konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam mengarahkan ekspektasi inflasi. Inflasi kelompok harga bergejolak meningkat terutama dipengaruhi oleh kenaikan inflasi minyak goreng seiring penyesuaian Harga Eceran Tertinggi (HET). Inflasi kelompok harga diatur pemerintah naik dipengaruhi oleh inflasi angkutan udara, bensin dan bahan bakar rumah tangga.
"Ke depan, tekanan inflasi diperkirakan masih berlanjut sejalan dengan meningkatnya harga komoditas global. Bank Indonesia terus mewaspadai dampaknya terhadap peningkatan ekspektasi inflasi," kata Perry.
BI akan menempuh langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan terkendalinya stabilitas inflasi ke depan. Hal ini dilakukan salah satunya melalui penguatan koordinasi kebijakan dengan pemerintah melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID).
Di samping itu, bank sentral juga mengambil kebijakan mempercepat kenaikan Giro Wajib Minimum (GWM) untuk menyedot likuiditas dari perbankan yang masih melimpah. Di sisi lain, suku bunga masih dipertahankan di level 3,5% sekalipun tekanan inflasi meningkat.
"Percepatan normalisasi likuiditas di perbankan tanpa mengganggu kemampuan perbankan dalam penyaluran kredit dan pembiayaan, dan partisipasinya dalam pembelian Surat Berharga Negara (SBN)," kata Perry.
Hal ini terlihat dari rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) pada April 2022 masih tinggi mencapai 29,38%, masih jauh di atas level sebelum pandemi di 21%. Kondisi ini tetap mendukung kemampuan perbankan dalam penyaluran kredit yang berhasil tumbuh sebesar 9,10% secara tahunan. Likuiditas yang terjaga didukung Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tumbuh sebesar 10,11% (yoy).
Ia juga mengapresiasi langkah pemerintah yang baru saja mempertebal anggaran subsidi dan kompensasi energi sehingga kenaikan harga komoditas terutama energi global tidak diteruskan kepada konsumen. Hal ini yang menjadi salah satu faktor pendorong inflasi masih akan terkendali.