Chatib Basri: Pelemahan Rupiah Bisa Hantam Keuangan Perusahaan

Abdul Azis Said
18 Oktober 2022, 13:33
rupiah, chatib Basri
Donang Wahyu | KATADATA
Chatib Basri.

Pelemahan nilai tukar rupiah menyebabkan beban utang perusahaan meningkat sehingga menganggu neraca keuangan. Perusahaan yang memiliki eksposur utang dalam denominasi dolar AS akan mengalami pukulan.

"Dalam situasi seperti ini (rupiah melemah), akan sulit bagi perusahaan untuk melakukan ekspansi pada neraca keuangannya. Ini adalah yang saya khawatirkan dan karenanya manajemen perbendaharaan sangat penting dalam situasi seperti sekarang," kata mantan Menteri Keuangan Indonesia Chatib Basri dalam konferensi internasional Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada Selasa (18/10).

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah parkir di level Rp 15.488 per dolar AS pada penutupan perdagangan kemarin. Kinerja ini mencerminkan pelemahan 8,6% secara tahun kalender (ytd) dan penurunan 3,4% hanya dalam sebulan terakhir.

Dampak dari pelemahan nilai tukar akan lebih memukul perusahaan yang memiliki eksposur utang dalam denominasi dolar AS. Seiring penguatan dolar maka beban utang juga akan bertambah. Tantangannya semakin berat bagi perusahaan yang memiliki utang dalam bentuk dolar tetapi mayoritas pendapatannya berasal dari domestik atau rupiah.

Kondisi itu bisa mengganggu neraca keuangan perusahaan karena pendapatan yang dikumpulkan dalam rupiah tetapi kewajiban yang harus dibayar lebih mahal karena menggunakan dolar. Situasi ini kemudian akan memaksa perusahaan mengurangi alokasi untuk investasi.

Lebih lanjut, situasinya semakin menantang karena tahun depan kebijakan restrukturisasi kredit dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga akan berakhir. Non performing loan alias kredit bermasalah berisiko meningkat saat kebijakan itu dicabut.

Chatib menyebut pelemahan rupiah saat ini tidak mencerminkan bahwa kurs garuda 'kalah' terhadap dolar AS, melainkan dolar AS yang memang sedang dalam performa kuat. Ada tiga faktor yang mendorong kondisi tersebut. Pertama, prospek ekonomi AS lebih baik dibandingkan Eropa sekalipun dua kawasan tersebut sama-sama dibayangi reses.

"Dengan pertumbuhan di AS yang relatif lebih kuat, implikasinya, dolar AS akan relatif kuat terhadap euro atau bahkan terhadap pound sterling. Ini mungkin pertama kalinya dalam sejarah bahwa dolar AS adalah bagian dari pound sterling dan juga euro, satu dolar AS setara dengan satu pound sterling pada saat ini," kata Chatib.

Kedua, AS merupakan net eksportir minyak saat ini. Dengan harga energi yang tinggi akan menopang penguatan dolar AS terhadap mata uang utama dunia lainnya. Ketiga, suku bunga di AS relatif naik lebih dulu dibandingkan banyak negara lainnya.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...