Dua Syarat Terpenuhi, Harga Premium Bisa Turun Awal 2016
KATADATA - Bukan mustahil, pemerintah akan menghadiahkan kado istimewa kepada masyarakat saat memasuki tahun baru 2016. Kado itu berupa penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis Premium dan Solar. Peluang penurunan harga BBM bersubsidi tersebut setidaknya sudah diungkapkan oleh Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) I.G.N. Wiratmaja Puja.
Harga minyak dunia terus menurun dalam beberapa hari terakhir, hingga di bawah level US$ 40 per barel. Bahkan, berdasarkan hitungan Kementerian ESDM, harga minyak selama tiga bulan terakhir ini relatif lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya. Kondisi inilah yang menjadi pertimbangan untuk menurunkan harga BBM bersubsidi pada awal tahun baru nanti.
"Kami hitungnya (harga minyak dunia) per tiga bulan. Jadi per tiga bulan sekarang relatif lebih rendah," katanya di Jakarta, Selasa (15/12). Namun, Wiratmaja belum mau memastikan penurunan harga BBM bersubsidi tersebut, termasuk memperkirakan besaran penurunannya. Sebab, skema perhitungan harga minyak per tiga bulan yang ditetapkan Kementerian ESDM baru berakhir pada 24 Desember nanti.
Setelah perhitungan selesai, maka akan disampaikan kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said. "Nanti (pengumuman harga BBM) akan disampaikan Menteri (ESDM)," kata Wiratmaja.
(Baca : Terendah Sejak 2009, Harga Minyak Tahun Depan Bisa US$ 20).
Jika mengacu pada data organisasi negara-negara pengekspor minyak atau Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEXC), harga rata-rata bulanan minyak dunia periode Oktober-Desember 2015 masing-masing sebesar US$ 45,02; US$ 40,50; dan US$ 36,13 per barel. Jadi, rata-rata harga minyak pada periode itu sekitar US$ 40,55 per barel. Adapun rata-rata harga minyak dunia pada periode Juli-September 2015 sebesar US$ 48,16 per barel.
(Baca : Menjawab Permintaan Jokowi tanpa Membuat Pertamina Makin Tekor)
Dalam menghitung harga BBM bersubsidi, pemerintah menggunakan dua indikator. Selain harga minyak dunia, pemerintah juga memperhitungkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Kalau melongok pergerakan rupiah dalam tiga bulan terakhir, yaitu 24 September lalu hingga Selasa ini (15/12), nilai tukar rupiah di pasar spot menguat 4,3 persen terhadap dolar AS. Sebaliknya, pada periode 24 Juni-24 September 2015, rupiah malah melemah 10,4 persen terhadap dolar AS.
Mengacu pada dua indikator tersebut, pemerintah dan Pertamina memang semestinya menurunkan harga BBM bersubsidi per 1 Januari 2016. Apalagi, pemerintah memang sudah menetapkan perubahan atau peninjauan ulang harga BBM bersubsidi akan dilakukan setiap tiga bulan, yang waktunya jatuh pada 1 Januari nanti.
Sinyal penurunan harga Premium ini juga disampaikan oleh Direktur Pemasaran PT Pertamina (Persero) Ahmad Bambang. Namun, dia belum mau menyebutkan besaran penurunan harganya. “Tapi kemungkinan turun,” kata dia saat dihubungi Katadata, Rabu (15/12).
Sekadar informasi, harga Premium untuk wilayah Jawa Madura dan Bali (Jamali) saat ini sebesar Rp 7.400 per liter dan luar Jamali sebesar Rp 7.300 per liter. Sementara harga Solar bersubsidi sebesar Rp 6.700 per liter.