Banyak Terbitkan Surat Utang, Pemerintah Jamin Likuiditas Aman

Muchamad Nafi
14 Maret 2016, 11:16
kementerian keuangan ri
KATADATA
kementerian keuangan ri

KATADATA - Hingga akhir bulan lalu, pemerintah sudah menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) neto senilai Rp 102,2 triliun per minggu ketiga Februari. Gencarnya penerbitan surat utang ini untuk mendorong percepatan belanja modal sejumlah proyek. Kendati begitu, pemerintah memastikan bahwa penerbitan SBN bukan penyebab utama kekeringan likuiditas.

Pemerintah berkilah berdasarkan data turunanya. Dalam keterangan resmi Kementerian Keuangan, dari nilai total SBN tadi, Rp 66,2 triliun dibeli oleh investor domestik. Sedangkan Rp 34 triliun diserap oleh investor asing. (Baca: Likuiditas Mengetat, Rp 95 Triliun Berpotensi Cabut dari Bank).

Degan begitu, penerbitan SBN neto sudah mencapai 31,2 persen dari target APBN. Realisasi ini juga lebih rendah dibanding periode yang sama tahun lalu, sebesar Rp 104,4 triliun atau 37,7 persen dari target. Uang yang sudah diserap langsung digelontorkan untuk pembiayaan belanja pemerintah. Per Februari, misalnya, belanja pemerintah mencapai 12 persen dari target Rp 2.095,7. Belanja modal juga menyentuh Rp 5,4 triliun atau sekitar 2,6 persen dari target Rp 201,6 triliun. Realisasi ini naik empat kali lipat dibanding belanja modal periode yang sama tahun lalu Rp 1,3 triliun.

Selain itu, pemerintah memakai pundi-pundi ini untuk membayar kewajiban utang jatuh tempo hingga Rp 33,6 triliun pada minggu kedua Februari. Jumlah tersebut naik 90,8 persen dari tahun lalu yang hanya Rp 17,6 triliun. Karena itu, menurut Kementerian Keuangan, kondisi likuiditas di pasar keuangan hingga pertengahan bulan lalu masih baik. (Baca juga: Likuiditas Ketat, GWM dan BI Rate Berpeluang Turun Jadi 6,5 Persen).

Menurut mereka, misalnya, hal ini terlihat di pasar SBN yang imbal hasilnya atau yield tenor 10 tahun turun, dari 9,16 perse pada akhir tahun lalu, menjadi 7,97 persen. Selain itu, perbedaan harga beli dan jual (bid offer spread/bps) juga berkurang, dari 13,8 bps pada pertengahan 2015 menjadi 7,9 bps. Begitu pun di Pasar Uang Antar Ban, terjadi penurunan rate JIBOR overnight dari 7,59 persen di akhir 2015 menjadi 5,16 persen pada pertengahan Februari 2016.

“Sedangkan di pasar saham, terjadi kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan dari 4.593 pada akhir tahun lalu menjadi 4.697 pada pertengahan Februari 2016,” kata Kepala Biro Departemen Komunikasi Kementerian Keuangan Fatimah dalam keterangan persnya, Senin, 14 Maret 2016. (Lihat pula: Likuiditas BCA Bertambah Rp 4 Triliun Efek Penurunan GWM).

Pada minggu keempat Desember 2015, sempat terjadi kenaikan suku bunga JIBOR ON  cukup tajam, khususnya dua hari terakhir tahun lalu, dari 5,7 - 5,8 persen menjadi 7 - 8,25 persen. Penyebabnya, terutama oleh peningkatan aktivitas di pasar uang secara temporer seiring dengan upaya antisipasi bank dalam memenuhi kebutuhan likuiditas menjelang Natal dan Tahun Baru. Namun, memasuki minggu pertama 2016, suku bunga JIBOR ON kembali turun ke 5,7 - 5,8 persen. “Hal ini mengindikasikan situasi cenderung ketat di pasar uang antar bank bersifat sementara dengan waktu yang terbatas,” tutur dia.

Upaya pemerintah mendorong pembiayaan infrastruktur juga melalui pre-funding APBN 2016, yakni dengan menerbitkan SBN di akhir 2015 sebesar Rp 63,5 triliun. Angka tersebut berasal dari penerbitan SUN valas US$ 3,5 miliar setara Rp 48,5 triliun, serta private placement Rp 15 triliun, di mana Rp 14 triliun diborong oleh investor asing. Selanjutnya, secara reguler pemerintah melelang penerbitan SUN dan SUKUK di pasar domestik.

Reporter: Desy Setyowati

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...