Harga Rendah Jelang Puasa, Pemerintah Impor Bawang dan Daging
Pemerintah optimistis harga komoditas pangan yang rendah akan terus berlanjut menjelang bulan puasa hingga Hari Raya Idul Fitri pada awal Juli nanti. Selain pasokan mencukupi, pemerintah mengimpor beberapa komoditas pangan untuk menjaga kestabilan harga. Dengan begitu, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya pada masa menjelang bulan puasa, laju inflasi pada Mei ini diperkirakan rendah.
Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, rendahnya inflasi menjelang bulan puasa tahun ini bukan karena permintaan yang menurun. Hal tersebut lebih disebabkan oleh harga barang, khususnya komoditas pangan, yang sudah naik duluan sejak awal tahun ini.
Selain itu, musim panen yang bergeser dari Februari-Maret menjadi bulan April pada tahun ini menyebabkan pasokan komoditas pangan meningkat pada kuartal II-2016. Pasokan yang cukup dan terjaga tersebut menyebabkan harga pangan cenderung stabil menjelang momen Ramadan hingga Hari Raya Idul Fitri pada awal Juli nanti.
“Sekarang ada (barang) yang sedikit turun (harganya), ada yang naik sedikit, sehingga inflasinya menjadi kecil. Jadi bukan karena permintaan turun,” kata Darmin seusai rapat koordinasi mengenai pangan di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Selasa (24/5).
(Baca: Ada Panen, Inflasi Awal Mei 0,09 Persen)
Selain itu, pemerintah terus berupaya melakukan stabilisasi harga dengan mengimpor beberapa komoditas pangan, seperti bawang merah dan daging sapi. Untuk bawang merah, pemerintah berencana mengimpor 2,5 ribu ton demi mencukupi kebutuhan masyarakat selama lebih kurang dua minggu.
Sedangkan daging sapi, pemerintah mengimpor sekitar 10 ribu ton. “Namun bukan jenis potongan sekunder (secondary cut), melainkan golongan daging yang biasa digunakan oleh masyarakat, seperti untuk memasak rendang atau rawon,” katanya.
Sementara itu, pemerintah menilai pasokan beberapa komoditas pangan maish mencukupi. Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Bulog) mencatat cadangan beras saat ini hampir mencapai 2,4 juta ton. Hingga kini, penjualan beras yang sudah diserap mencapai 1,3 juta ton dan diyakini bisa terserap dua juta ton lagi pada bulan depan.
(Baca: Jaga Harga Daging Kurang Rp 85 Ribu, Mei Diprediksi Inflasi Rendah)
Sebelumnya, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin menuturkan, harga barang-barang baik itu yang diatur oleh pemerintah (admistered price) ataupun pangan yang bergejolak (volatile food) terpantau masih terkendali hingga pekan ketiga Mei ini. Terdapat 20 jenis komoditas yang harganya masih terkendali, bahkan beberapa menurun tipis alias deflasi. Salah satunya adalah beras. Tapi, dia enggan menyebutkan taksiran inflasi bulan ini.
Sementara itu, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo menilai, rendahnya proyeksi inflasi Mei karena adanya beberapa harga komoditas yang menurun seperti cabai dan bawang merah. Meskipun ada sebagian pula yang harganya naik seperti minyak goreng, daging ayam, susu, dan gas elpiji.
Di tempat terpisah, Direktur Eksekutif Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI) Juda Agung mengatakan, inflasi pada Mei ini diprediksi hanya 0,1 persen. Hal ini menandakan, baik pemerintah maupun BI, telah berhasil mengendalikan harga pangan terutama menjelang puasa dan Lebaran.
(Baca: Harga Pangan Terkendali, April Cetak Deflasi Terbesar Sejak 1999)
Selanjutnya, BI tetap bakal mengerahkan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) untuk menjaga harga agar tidak naik, terutama menjelang Lebaran nanti. "Sebenarnya (angka inflasi jelang Idul Fitri) sudah mulai bagus sejak tahun lalu, tapi sekarang sejak jauh-jauh hari kami kendalikan harganya," kata Juda.