Shell Ingin Kalahkan Exxon sebagai Perusahaan Minyak Nomor Satu

Maria Yuniar Ardhiati
16 Juni 2016, 09:35
SPBU Shell Cikini
Arief Kamaludin | Katadata
SPBU Shell Cikini

Chief Executive Officer Royal Dutch Shell Plc. Ben Van Beurden menyampaikan ambisinya untuk mengalahkan Exxon Mobil Corp. sebagai perusahaan minyak terbesar di dunia. “Saya ingin menghadirkan investasi berkelas dunia untuk Shell dan para pemegang saham perusahaan kami,” ujar Van Beurden seperti dikutip Bloomberg, Rabu, 15 Juni 2016. 

Van Beurden diprediksi mampu menarik banyak investor setelah Shell melakukan akuisisi terhadap perusahaan minyak dan gas bumi asal Inggris, BG Group Plc. Dengan akuisisi senilai US$ 54 miliar ini, Shell sudah menyaingi Exxon dalam hal pembagian dividen serta buyback saham, setelah tertinggal selama lima tahun terakhir. (Baca: Shell Hengkang dari 10 Negara untuk Tekan Pengeluaran).

Meski demikian, perusahaan asal Belanda ini masih harus menghadapi pesaingnya dari Amerika Serikat tersebut dalam hal pengembalian modal, aset serta arus kas. “Dalam 15 hingga 20 tahun terakhir, Shell telah tertinggal dari Exxon, dan Van Beurden ingin membawa kembali Shell ke masa kejayaannya,” kata seorang analis dari Brewin Dolphin Ltd., Iain Armstrong.

Namun, Armstrong melanjutkan, perusahaan itu membutuhkan bertahun-tahun untuk bisa menandingi Exxon. Hal ini tidak mungkin terjadi dalam sepuluh tahun ke depan.

Untuk mencapai target tersebut, Shell fokus pada peningkatan arus kas bebas per lembar saham, menaikkan pengembalian modalnya serta menjalankan sistem keuangannya dengan cara konservatif. Hal ini disampaikan Van Beurden yang telah melakukan penyesuaian perusahaan untuk beroperasi dengan harga minyak yang rendah. (Baca: Shell dan Total Akan Bangun Pembangkit di Negara Berkembang).

Selain itu, Shell akan menyiapkan investasi untuk modal senilai US$ 30 juta hingga sepuluh tahun mendatang, bahkan jika harga minyak melambung. Hal ini disampaikan perusahaan minyak terbesar di Eropa tersebut pada 7 Juni lalu. Jika harga tetap berada di level US$ 50 per barel atau lebih rendah, Shell bisa memangkas pengeluarannya lebih rendah dari targetnya yang sebesar US$ 25 miliar.

Perusahaan ini juga berencana mengerem investasi baru untuk bisnis gas alam cairnya atau liquefied natural gas (LNG) demi meningkatkan arus kas. Akuisisi terhadap BG Group memungkinkan adanya pengalihan aset LNG dari Australia ke Amerika Utara. (Baca: Shell PHK Lagi 2.200 Pegawai).

Van Beurden telah berjanji meningkatkan pengembalian modal hingga 10 persen pada tahun 2020 dengan asumsi harga minyak US$ 60 per barel. Sepanjang 2013 hingga 2015, perusahaan mencatat rata-rata arus kas bebasnya mencapai US$ 12 miliar dengan level pengembalian modal 8 persen saat harga minyak US$ 90. Perusahaan mentergetkan US$ 20 miliar hingga US$ 25 miliar pada arus kas bebasnya dari kegiatan operasional di tahun 2020.

    Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

    Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

    Ikuti kami

    Artikel Terkait

    Video Pilihan
    Loading...