Pertamina Proses Pengadaan Barang Kilang Balikpapan Oktober
PT Pertamina (Persero) menyatakan akan segera melakukan proses pengadaan untuk Kilang Balikpapan bulan depan. Nilai pengadaan barang ini diperkirakan mencapai US$ 1 miliar.
Direktur Pengolahan Pertamina Rachmad Hardadi mengatakan pihaknya sedang menyelesaikan daftar barang berkategori Long Lead Item (LLI). Kategori ini merupakan barang dengan proses pembuatan dan pengiriman yang lama. Daftar barang inilah yang akan segera ditenderkan.
“Pengadaan oleh Pertamina ini merupakan tahapan untuk percepatan proyek,” kata dia berdasarkan keterangan resminya, Selasa, (6/9). (Baca: Arab Saudi Janjikan Mega Investasi di Indonesia).
Proses pengadaan tersebut akan dimulai pada Oktober 2016 dan akan tuntas pada kuartal pertama 2017. Pengadaan ini dalam proses yang terpisah dengan paket EPC (rekayasa pengadaan dan konstruksi) yang akan dikerjakan oleh kontraktor EPC.
Terkait dengan target penyelesaian proyek kilang, Rachmad mengatakan proses konstruksi akan dimulai pada awal 2017. Adapun, penyelesaian secara mekanik Refinery Development Masterplan Program (RDMP) RU V Balikpapan ditargetkan pada Juli 2019.
Jika proyek ini berjalan sesuai target, maka kilang ini akan mulai beroperasi September 2019. “Untuk itu, kami akan melakukan keputusan akhir investasi RDMP RU V Balikpapan pada awal Juli 2017 yang segera diikuti dengan konstruksi fisik,” kata dia.
Dalam proyek RDMP Kilang Balikpapan, Pertamina akan merevitalisasi dan meningkatkan kapasitas enam unit kilang pengolahan minyak. Awalnya proyek ini akan digarap dengan JX Nippon Oil & Energi Corporation. Namun, perusahaan asal Jepang ini batal berinvestasi kilang minyak di Indonesia.
Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto pernah mengatakan, kegagalan kerjasama tersebut karena tidak adanya kesepakatan mengenai besaran investasi. Sebab, nilai investasi yang ditawarkan JX Nippon terlalu besar. (Baca: Investor Jepang Batal Danai Pengembangan Kilang Balikpapan).
Perhitungan Pertamina, nilai investasi untuk pengembangan kilang tersebut sekitar US$ 5 miliar atau Rp 70 triliun. “Mereka (JX Nippon minta 20 persen di atas perkiraan kami,” kata dia di Jakarta, awal tahun ini.
Meski JX Nippon batal menjadi mitra Pertamina, Dwi menjamin Pertamina akan melanjutkan proyek pengembangan kilang Balikpapan itu dengan dananya sendiri. Proses pembangunannya pun dilakukan bertahap.
Pada tahap pertama, Pertamina akan mengupayakan peningkatan kapasitas kilang dari 260 ribu barel menjadi 300 ribu barel per hari. Tahapan ini membutuhkan dana sekitar US$ 2,6 miliar. (Baca: Berkat Efisiensi, Laba Pertamina Semester I Melonjak 221 Persen)
Tahap kedua, Pertamina akan secara bertahap meningkatkan mutu kualitas produk hasil olahan kilang tersebut. Kebutuhan pendanaannya sekitar US$ 2,6 miliar.
“Kualitas crude-nya (minyak mentah) di Euro dua dulu. Nanti secara paralel kilang Balikpapan akan terus ditingkatkan menjadi kualitas Euro empat yang diwajibkan negara pada tahun 2025 untuk menciptakan energi bersih,” ujar Dwi.