Pemerataan Pembangunan Indonesia di Bawah Malaysia dan Thailand

Maria Yuniar Ardhiati
19 Januari 2017, 12:40
Perumahan di Tengah Kota
Arief Kamaludin | KATADATA

Pemerintah tampaknya perlu bekerja keras untuk menjalankan pembangunan yang lebih merata. Di kawasan Asia Tenggara, pemerataan pembangunan Indonesia masih kalah dibandingkan Singapura, Malaysia, dan Thailand.

Hal itu setidaknya terekam dari peringkat indeks pembangunan inklusif atau Inclusive Development Index (IDI) tahun 2017 yang dirilis Forum Ekonomi Dunia atau World Economic Forum (WEF) pada awal pekan ini. Secara umum, WEF melihat negara-negara berkembang menunjukkan peningkatan pembangunan dan pemerataan kesejahteraan masyarakatnya.

Advertisement

"Negara-negara berpenghasilan menengah ke bawah, sudah memiliki penghasilan yang cukup untuk meningkatkan penghidupan," tulis WEF di dalam situs resminya.  (Baca: Target Meleset, Menkeu Prediksi Ekonomi 2016 Tumbuh 5 Persen)

WEF membagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok negara maju dan kelompok negara berkembang. Dari 79 negara berkembang, Indonesia menempati peringkat ke-22 indeks pemerataan pembangunan. Peringkatnya masih di bawah Thailand dan Malaysia, yang masing-masing menempati posisi 12 dan 16.

Namun, pemerataan pembangunan di Indonesia masih lebih baik dibandingkan Vitenam yang di peringkat 25, maupun Filipina dan Kamboja yang berada di posisi 40 dan 43. Jika mengacu kepada skor indeks Indonesia yang sebesar 4,29, sebenarnya hanya berselisih 10 poin dengan Malaysia yang mndapatkan skor 4,39.

Penghitungan indeks pembangunan inklusif tersebut berdasarkan tiga pilar, yaitu pertumbuhan indikator makroekonomi; indikator inklusi atau tingkat kesejahteraan dan penghasilan; dan kondisi keuangan masyarakat.

(Baca: Sri Mulyani Targetkan Kemiskinan Turun di Bawah 10 Persen)

Secara umum, komponen indikator pertumbuhan ekonomi di Indonesia masih pas-pasan. Hal tersebut terlihat dari pemerataan pendapatan per kapita dan upah buruh. Namun, untuk jaminan kesehatan masih di bawah rata-rata. Sedangkan tingkat penyerapan tenaga kerja di Indonesia di atas rata-rata.

Tingkat pengangguran tergolong rendah secara keseluruhan. Namun, pengangguran kaum muda tercatat lebih dari 30 persen dan keterlibatan perempuan dalam lapangan pekerjaan masih rendah.

Di sisi lain, indikator inklusi yang menunjukkan tingkat kesejahteraan masyarakat di Indonesia terlihat masih rendah. Hal itu terlihat dari ketimpangan pendapatan bersih yang mendapat skor 42,29 dan tingkat kemiskinan sebesar 36,44 persen. Bahkan, ketimpangan kekayaan di Indonesia tergolong besar dan menempati posisi ke-9 di antara kelompok negara berkembang.

World Economic Forum menilai sistem pendidikan di Indonesia sudah baik. Namun tetap diperlukan perbaikan dalam tingkat penerimaan siswa. 

Meski begitu, indikator keuangan atau simpanan masyarakat di Indonesia cenderung lebih baik. Rasio simpanan mencapai 27,14 persen, yang menempati peringkat ke-6 di atas Thailand dan Malaysia. Karena itulah, Indonesia mampu meningkatkan pendapatan untuk membangun infrastruktur serta membuat sistem perpajakan yang lebih progresif.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement