Efek Trump, Ekspor Produk Pangan ke Amerika Bisa Meningkat

Desy Setyowati
26 Januari 2017, 18:15
Ikan
ANTARA Foto/Oky Lukmansyah

Keluarnya Amerika Serikat (AS) dari kerja sama perdagangan Trans Pacific Partnership (TPP) disambut positif pengusaha makanan dan minuman di Indonesia. Sebab, keputusan tersebut bakal mempermudah makanan dan minuman produksi Indonesia menembus pasar AS.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menjelaskan, ketika AS masih tergabung dalam TPP, Indonesia harus bersaing keras dengan anggota TPP yaitu Thailand dan Vietnam untuk menembus pasar AS. Maka itu, keputusan AS meninggalkan TPP diyakini Airlangga bisa turut mendorong berkembangnya industri makanan dan minuman di dalam negeri. 

Adapun sejauh ini, perkembangan industri makanan dan minuman di Tanah Air tercermin dari banyaknya perusahaan yang bergerak di bidang hilirisasi agro atau pengolahan hasil pertanian. Menurut Airlangga ada 21 perusahaan yang tengah mengembangkan bidang tersebut dengan nilai investasi mencapai US$ 3,5 miliar atau setara Rp 45,1 triliun.

"Yang sudah dibangun sampai tuntas 16 perusahaan. Sedangkan lima perusahannya lagi masih dalam tahap perencanaan," kata Airlangga dalam acada CIMB Niaga Economic Outlook 2017 di Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta, Kamis (26/1). Hilirisasi ini berlangsung di sembilan provinsi.

Optimisme yang sama disampaikan Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Adhi S. Lukman. Adhie. Ia yakin industri makanan dan minuman berpeluang tumbuh tinggi pasca AS keluar dari TPP. Sebab, persaingan dagang jadi lebih adil, terutama dengan Vietnam, Malaysia, dan Filipina. (Baca juga: Trump Bawa Amerika Keluar TPP, Pakta Dagang Trans Pasifik Kolaps

Adapun rencana Presiden AS Donald Trump untuk menerapkan kebijakan dagang yang proteksionis, diyakini Adhi tak bakal memukul ekspor makanan dan minuman produksi Indonesia ke negara itu. Sebab, ada beberapa produk pangan yang tak bisa diproduksi sendiri oleh AS, misalnya coklat dan hasil laut.

"Industri agro dan pangan, saya kira AS tidak mungkin beralih dari Indonesia karena ada beberapa yang mereka enggak punya, coklat, udang, dan ikan. Saya lihat industri kami masih positif (neraca perdagangan) dengan AS. Terbesar pangsa olahan pangan ke AS, dibanding negara lainnya," kata Adhi. (Baca juga: Indonesia Lanjutkan Perundingan Dagang dengan Uni Eropa)

Dalam catatannya, investasi di industri ini juga merupakan yang tertinggi kedua di Indonesia. Ia pun memprediksi pusat industri makanan minumal bakal bergeser dari Amerika Utara dan Eropa ke Asia. Prediksi tersebut didasari oleh pertumbuhan cemerlang industri makanan dan minuman di Asia.

"Salah satu perusahaan makanan dan minuman di Filipina omsetnya bisa Rp 6 triliun, disertai juga distribusinya. Ada Alfamart sampai 100 (outlet) lebih. Ini jadi kaki kanan kami, kejar pasar ASEAN yang dua tahun kami sudah siapkan. Semoga 2017 naik signifikan," ujar dia.

(Baca juga: Sri Mulyani: Investasi Pemerintah Tangkal Gejolak Pasar Global)

Kenaikan belanja pemerintah untuk pembangunan infrastruktur juga diyakini Adhi akan membantu mendorong industri makanan dan minuman. "Saya ingat 2015, industri ini sangat jelek dan terpukul. Setelah pemerintah mempercepat government expenditure tiba-tiba sektor makanan dan minuman ikut terdorong," ucapnya.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...