Pertamina Ajak Investor Bangun Tangki Minyak di Kaltim
PT Pertamina (Persero) berencana membangun tangki penampungan minyak mentah (crude oil) di Lawe-Lawe, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Untuk proyek ini, Pertamina membuka peluang bagi investor yang mau menanamkan modalnya.
Direktur Megaproyek dan Pengolahan Pertamina Rachmad Hardadi mengatakan proyek tangki yang akan dibangun ini diberi nama Centrilized Crude Terminal (CCT). Tangki berkapasitas 5-10 juta barel ini dibutuhkan untuk membantu operasional kilang milik Pertamina, khususnya di Bontang dan Balikpapan.
Pertamina pun sudah menyiapkan lahan yang akan digunakan untuk proyek CCT ini. “Jadi ada 1.100 hektar tanah milik Pertamina yang bisa digunakan di Lawe-Lawe,” ujarnya saat ditemui di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Selasa (28/2). (Baca: Pemerintah Minta Diskon Harga Minyak Mentah ke Raja Arab)
Rachmad tidak menyebutkan berapa nilai investasi yang dibutuhkan untuk pembangunan tangki tersebut. Dia hanya mengatakan investor bisa mendanai penuh pembangunan proyek CCT ini tanpa ada saham Pertamina di dalamnya. Skema kerjasamanya menggunakan build operation and transfer (BOT), yaitu pihak investor membangun fasilitas tersebut dan Pertamina akan membayar biaya sewa penampungan.
Dengan skema ini investor bisa mengoperasikan tangki selama 15-20 tahun. Setelah itu, fasilitas tersebut harus dikembalikan kepada Pertamina. Dia optimistis jangka waktu ini sangat cukup bagi investor mendapatkan kembali modal yang dikeluarkan beserta keuntungan yang menjanjikan.
“Jadi, Pertamina kalau bisa tidak perlu ada share. Rasanya banyak investor dalam negeri yang (menunjukan) berminat,” kata Hardadi. (Baca: Lebih 50 Investor Lokal dan Asing Berebut Proyek Kilang Bontang)
Dia menjelaskan pembangunan fasilitas CCT ini juga dapat berfungsi untuk membantu operasional kilang yang akan dibangun Pertamina, yakni Kilang Bontang. Fasilitas CCT yang hanya berjarak 80-100 kilometer dari Kilang Bontang, bisa memastikan pasokan minyak mentah yang akan diolah di kilang tersebut.
“Kalau bisa pipanisasi ke kilang Bontang. Maka, untuk proyek Kilang Bontang tidak perlu bangun tangki crude yang besar sekali,” ujar Hardadi.
Menurut Hardadi, pembangunan fasilitas CCT ini tidak memerlukan waktu yang lama, hanya lebih kurang 3,5 tahun. Jika pada pertengahan tahun ini Pertamina sudah mendapatkan investornya, maka diperlukan waktu 1,5 tahun untuk melakukan studi kelayakan (feasibility study) dan desain rekayasa menyeluruh atau Front End Engineering Design (FEED).
Setelah semuanya selesai, pembangunan fisik bisa dilakukan pada awal 2019. Tahap konstruksi proyek tersebut menghabiskan waktu selama dua tahun. Sehingga tangki ini bisa selesai pembangunannya dan mulai beroperasi pada 2021. “Jadi, saat Kilang Bontang sudah jadi di tahun 2023, CCT di Lawe-Lawe sudah jadi,” ujarnya.
Selain itu, fasilitas CCT di Lawe-Lawe ini juga dapat membantu Pertamina menekan biaya pengembangan Kilang Balikpapan. Kilang ini bisa juga menggunakan tanki CCT ini untuk menyimpan minyak mentah yang akan diolah. Sehingga, belanja modal atau capital expenditure (capex) yang harus dikeluarkan Pertamina tidak terlalu besar, karena tidak perlu lagi membangun tangki penyimpanan.
(Baca: Pertamina Pilih Wika Bangun Dermaga untuk Kilang Balikpapan)